IPOL.ID – Tujuh siswi SDN di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, yang menjadi korban pencabulan guru agama kini terpaksa harus menjalankan proses belajar secara dalam jaringan (daring/online).
Ketujuh siswi juga mendapatkan pendampingan psikologis yang hingga kini masih berjalan. Kepala Sudin Pendidikan Wilayah I Jakarta Timur, Linda Romauli Siregar menuturkan, pendampingan psikologis diberikan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).
“Sejak kejadian hari Jumat guru tersebut dijemput ke sekolah, anak-anak sudah langsung dilakukan pendampingan dari UPT PPAPP yaitu P2TP2A,” ujar Linda saat dikonfirmasi wartawan, Selasa (14/2).
Diharapkannya, dengan pendampingan psikologis dari P2TP2A DKI Jakarta tersebut para korban dapat pulih dari trauma akibat ulah pencabulan Alamsyah ketika proses belajar.
Bagi anak-anak yang masih trauma dan belum dapat mengikuti proses pembelajaran langsung di sekolah, kegiatan belajar dilakukan secara dalam jaringan (daring).
“Kami sudah menugaskan guru untuk mengajar anak-anak jarak jauh atau online dulu belajarnya, bagi anak yang belum mau ke sekolah sampai mereka mau lagi belajar dari sekolah,” paparnya.