Peralihan transisi masa prasejarah ini juga dikuatkan dengan ditemukannya fosil-fosil kerangka manusia, yang tata cara pemakamannya mirip dengan penemuan Buni Pottery Complex atau Kompleks Tembikar Buni yang ditemukan di dekat Kali Bekasi. Buni merupakan bekas permukiman prasejarah yang mempunya tradisi menguburkan mayat dengan dibekali benda-benda berharga seperti gelang kaca, manik-manik (yang terbuat dari kaca, batu, atau emas), dan lain-lain.
Sedangkan ciri-ciri dari Candi Budha dilihat dari penemuan benda-benda purbakala berupa artefak, diantaranya, arca kepala manusia, prasasti lempengan emas yang berisi ayat suci agama Budha, fragmen prasasti terakota, fragmen keramik, stempel kerajaan maupun tablet /materai bergambar relief Budha dan lain sebagainya. Temuan-temuan ini selain disimpan di Museum Batu Jaya yang terletak tidak jauh dari kompleks Candi, sebagian lainnya terutama temuan-temuan yang berbahan dasar emas di simpan di Museum Nasional.
Selain itu bentuk candi-candi yang sudah diteliti juga mencirikan hal yang serupa. Candi Jiwa misalnya, meskipun bentuknya hanya tinggal dasarnya saja, candi yang berukuran 19×19 m dengan tinggi 4,2 m ini tidak mempunyai pintu dan anak tangga. Bentuk semacam ini jelas tidak ditemukan pada candi manapun di Indonesia. Pada bagian atas candi tersusun bata melingkar dengan ukuran diameter 6 meter berbentuk kelopak bunga teratai/padma/ Nymphaeaceae, bunga yang sering digunakan dalam upacara-upacara keagamaan agama Budha. Kemungkinan Candi Jiwa ini digunakan untuk meletakkan arca atau patung.