Candi kedua yang dikunjungi adalah Candi Blandongan, letak candi ini tidak jauh dari Candi Jiwa. Ukurannya lebih besar dan berbentuk bujur sangkar 24,2 x 24,2 m. Pada masing-masing sisinya terdapat empat tangga masuk dengan orientasi menghadap empat arah mata angin. Di salah satu sisi bangunan ini terdapat susunan bata yang melengkung di atas tanah, dan dipercaya sebagai robohan gapura pintu masuk ke Candi Blandongan ini. Adanya sisa batu andesit berdiameter sekitar 30 cm dan lubang sisa tiang di sekililing teras dipercaya bahwa dahulu berfungsi sebagai tempat didirikan tiang-tiang kayu yang mengelilingi stupa. Diduga Candi Blandongan ini merupakan candi utama di kompleks Candi Batu Jaya.
Candi-candi di kompleks Candi Batu Jaya ini terbentuk dari susunan batu bata. Apabila dilihat secara lebih detail, masih terdapat bekas kulit padi yang menempel di bagian dalam batu bata. Kulit padi atau sekam ini digunakan sebagai bahan campuran tanah liat untuk membuat batu bata.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat pada jaman tersebut telah memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai bagaimana membuat batu bata yang baik. Karena seperti diketahui kulit padi kering yang digunakan sebagai bahan pembakar apabila dicampurkan dapat menghantarkan panas ke dalam batu bata, sehingga tingkat kematangan batu bata ini merata sampai ke bagian dalam. Keberadaan sekam ini juga menandakan bahwa pada masa ini sudah terjadi perubahan pola kehidupan masyarakat tatar sunda yang biasanya ngahuma (berpindah ladang) mulai menetap dan bercocok tanam padi.