Taryono menuturkan nama Gamagora merupakan kependekan dari nama Gama Gogo Rancah yang awalnya diteliti oleh empat orang namun pada perkembangannya menjadi 10 orang. “Awalnya kami menanam di kebun fakultas. Lalu uji multilokasi di PIAT UGM hingga berbagai tempat,” katanya.
Dengan diluncurkan pada Gamagora 7 ini menurut Taryono maka sudah ada tiga padi varietas padi yang pernah dilepas secara resmi oleh UGM. “Padi ini jadi varietas ketiga yang pernah diluncurkan oleh UGM,” jelasnya.
Taryono bercerita bahwa produk Gamagora berasal dari hasil mutan radiasi dari padi induknya, Rajalele yang terkenal sebagai padi dengan rasanya yang pulen. Varietas padi “Amphibi” ini menurutnya bisa untuk menyiasati penurunan produksi padi di Indonesia diakibatkan adanya fenomena perubahan iklim global baik karena el-nino dan la-nina dan dampak pengalihan fungsi lahan sawah ke non-sawah yang mencapai 96.512 hektare per tahun.
Sebelumnya, pihaknya sudah melakukan uji multilokasi sebanyak 14 lokasi di seluruh indonesia. Bahkan, padi ini diuji di delapan lokasi pada lahan sawah dan enam lokasi pada tanah tadah hujan. Kegiatan uji multilokasi dilakukan untuk mendapatkan izin edar dan izin rilis varietas baru dari Kementerian Pertanian.