IPOL.ID – Asoasi Persatuan Sepak Bola Thailand, Rabu (17/5) meminta maaf dan berjanji akan menyelidiki kasus baku hantam saat berlaga melawan Indonesia di final sepak bola SEA Games.
Dua insiden perkelahian massal yang terjadi dalam pertandingan itu menyebabkan empat pemain dan ofisial Thailand diganjar kartu merah oleh wasit.
Thailand kalah dengan skor 5-2 dalam perpanjangan waktu pada Selasa (16/5). Dan Thailand mengakhiri laga final yang digelar di Ibu Kota Kamboja, Phnom Penh, hanya dengan delapan pemain di lapangan.
Salah satu pemain yang dikeluarkan dari lapangan adalah penjaga gawang Thailand, Soponwit Rakyart. Ia diganjar kartu merah setelah berlari ke tengah lapangan untuk ikut dalam baku hantam antara kedua belah pihak. Ia memukul tim Indonesia.
“FA Thailand harus meminta maaf atas bentrokan di pinggir lapangan,” kata Asoasi Persatuan Sepak Bola Thailand dalam sebuah pernyataan dikutip dari VOA Indonesia pada Kamis (18/5).
Mereka akan “membentuk komite untuk menyelidiki mereka yang terlibat sesegera mungkin dan akan mengambil tindakan tegas.”
Masuknya timnas ke babak final merupakan salah satu kesempatan bagi Indonesia untuk memperbaiki reputasinya pasca tragedi Kanjuruhan dan dibatalkannya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
Namun pertandingan final SEA Games semalam akan dikenang karena insiden adu jotos. Kericuhan itu dimulai pada menit ke-97 ketika Thailand — yang tertinggal 2-0 — mencetak gol untuk mengubah skor menjadi 2-2 dan memaksakan perpanjangan waktu.
Tim ofisial Thailand merayakan gol tersebut dengan berlari ke bangku cadangan Indonesia, sehingga memicu huru-hara pertama.
Ketika Indonesia memimpin kembali di awal perpanjangan waktu, sejumlah ofisial tim merah putih membalas aksi sebelumnya.
Sumardji, anggota staf tim nasional, mengatakan kepada TVOne bahwa pemain mereka “membalas provokasi dan saya mengejar mereka dan berteriak ‘Jangan!'”
“Tapi tiba-tiba saya dipukul di sini (mulutnya) dan saya jatuh,” katanya.
Adu jotos, seperti tendangan dan pukulan, mewarnai insiden itu. Kedua tim memiliki pemain yang dikeluarkan dari lapangan, dan anggota staf pelatih mereka juga diberhentikan.
Saat disiplin tim Thailand runtuh, dua pemain lainnya dikeluarkan dari lapangan selama perpanjangan waktu karena kartu kuning kedua.
Ketua PSSI menuding Thailand sebagai biang keladi.
“Terkadang kami terprovokasi dan kemudian kami terjerumus ke dalamnya,” kata Erick Thohir kepada Metro TV.
“Saya peringatkan sebelumnya bahwa ini adalah provokasi, mereka ingin kami kalah. Kami dipukuli, diinjak-injak dan ditipu,” katanya.
Pelatih Thailand Issara Sritaro meminta maaf karena timnya kalah di partai final. Namun ia enggan meminta maaf untuk peristiwa tawuran.
“Kedua belah pihak senang ketika mereka mencetak gol, tetapi kami perlu mengendalikan diri dan kami tidak dapat mengendalikan semua orang,” katanya. (Far)