Sementara Ade, pelaku kreatif yang menghadirkan produk Latte (cokelat mixed tempe) bersama rekan-rekannya ini menjelaskan ide awal dari produk ini adalah ketika desa tempatnya tinggal, Tingkir Lor, ditetapkan sebagai desa wisata pada tahun 2015.
“Dari situ kami tertantang untuk menciptakan oleh-oleh khas lokal. Kebetulan daerah kami memang banyak produsen tempe,” ujar Ade.
Melihat banyaknya produsen tempe, baru terpikir untuk mengembangkan produk fermentasi dari kedelai itu. Kemudian ia terpikir untuk dipadukan dengan cokelat. Awalnya produk Latte yang dihadirkan hanyalah keripik tempe yang dicelup cokelat.
Ia mengatakan butuh waktu satu tahun untuk dapat menghadirkan rasa dan bentuk juga kemasan yang diinginkan.
“Tapi akhirnya cokelatnya banyak yang jatuh, dan akhirnya tempe kami jadikan sebagai isian seperti sekarang agar bentuknya lebih rapih. Tempenya juga kami beri bumbu khusus sehingga rasanya gurih, jadinya perpaduan antara manis dan gurih,” kata Ade.
“Alhamdulillah sekarang kami sudah menjadi daerah tujuan wisatawan, kalau datang ke Desa Wisata Tingkir Lor, kami siapkan wisata edukasi untuk belajar membuat cokelat tempe,” ujar Ade. (tim)