IPOL.ID – Pedagang telur ayam mengeluhkan tidak stabilnya harga, bahkan terkini mulai mengalami kenaikan. Alhasil omzet para pedagang telur di Pasar Ciracas, Kelurahan/Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur kian menurun.
Kenaikan harga telur ayam yang kini berkisar Rp25 ribu per kilogram membuat omzet pedagang di Pasar Ciracas menjadi anjlok.
Pedagang di Pasar Ciracas, Yanto, 50, mengungkapkan, akibat kenaikan harga ayam yang sudah terjadi dalam kurun satu tahun terakhir omzet penjualannya anjlok hingga mencapai 50%.
“Drastis banget, kadang sampai 30 persen, 40 persen, bahkan sampai 50 persen. Karena pembeli sepi, paling yang beli banyak untuk kebutuhan usaha,” kata Yanto pada awak media di Ciracas, Selasa (24/10).
Menurunnya omzet pedagang bukan tanpa sebab, lantaran daya beli masyarakat yang kian melemah karena kenaikan harga sejumlah bahan pokok terjadi secara bersamaan seperti beras, dan daging ayam membuat pembeli enggan belanja.
Kondisi diperparah adanya kenaikan harga telur ayam dari tingkat distributor yang terjadi hanya dalam hitungan hari, bahkan tak jarang dalam satu hari terjadi dua kali kenaikan harga.
“Semalam informasinya (harga telur) sudah naik lagi. Tapi belum tahu karena barang belum sampai. Kadang bisa naik, kadang bisa turun. Harga masih belum normal,” beber dia.
Diakuinya harga telur ayam beberapa waktu lalu sempat turun berkisar Rp23 ribu hingga Rp24 ribu per kilogram, tapi hanya dalam waktu satu pekan harga kembali merangkak naik menjadi Rp25 ribu.
Yanto mengungkapkan, dampak kenaikan harga dan terpuruknya daya beli masyarakat, dia harus mengurangi jumlah belanja, hingga hanya mengambil untung sedikit dari setiap pembelian.
“Karena kalau telur enggak berani stok lama, paling empat sampai lima hari sudah harus habis. Kalau enggak habis rusak, pembeli bisa kecewa karena kualitasnya sudah jelek,” ujarnya. (Joesvicar Iqbal)