Ide untuk membuat bioplastik dari bahan-bahan terbarukan seperti bekatul, singkong, dan jagung lahir setelah dia kembali ke Indonesia.
“Ide itu muncul karena, pertama, bioplastik di Indonesia masih tertinggal dibanding Thailand. Tetapi jika dibanding negara-negara barat, kita sangat inovatif, karena kita mempunyai sumber daya yang sangat melimpah,” katanya.
Kedua, lanjut Bella, anak-anak muda Indonesia banyak yang memiliki concern pengembangan bioplastik. Terbukti dengan banyaknya topik skripsi, tesis, dan disertasi tentang bioplastik.
Menurutnya, di Indonesia sudah banyak bioplastik dari singkong. Namun akselerasi keunggulan menggunakan bioplastik sendiri belum banyak.
“Dengan adanya BRIN yang terbuka pada startup yang mempunyai ide atau inovasi, bisa menjadi wadah. Karena startup itu mempunyai teori atau ide, namun tidak memiliki fasilitas untuk mengeksekusi. Diharapkan kerja sama dengan BRIN, kita bisa mengakselerasi,” harapnya.
Riset mengenai bioplastik sudah banyak dilakukan, tetapi riset yang memenuhi kondisi dan kebutuhan pasar untuk bisa mengakselerasi hilirisasi produk tersebut belum banyak.