IPOL.ID – Warga Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, meminta kepada jajaran Pemprov DKI Jakarta untuk menyosialisasikan pada para pemilik bangunan untuk membuat pintu darurat.
Hal tersebut berkaca dari kejadian kebakaran toko bingkai ‘Saudara Frame’ di Jalan Mampang Prapatan Raya, Kelurahan/Kecamatan Mampang Prapatan, yang merenggut tujuh korban tewas dan lima orang luka-luka.
Warga Mampang Prapatan, Fajar Salami, 55, mengungkapkan, dengan adanya kejadian kebakaran di toko bingkai itu para korban tidak dapat menyelamatkan diri. Bahkan petugas Damkar pun tidak dapat berbuat banyak untuk melakukan penyelamatan terhadap para korban kebakaran.
Karena lokasi kebakaran di toko bingkai itu tidak ada pintu daruratnya di bagian belakang atau jendela. Atau setidaknya dibuat tangga darurat seperti halnya bangunan-bangunan tinggi lebih dari dua lantai.
“Harusnya ada tangga darurat seperti bangunan di luar negeri, sehingga jika ada kejadian tidak diharapkan seperti kebakaran itu, penghuni bangunan bisa menyelamatkan diri. Ini kan di toko bingkai itu akses keluar masuk hanya satu pintu saja,” ujar Fajar di lokasi kebakaran pada ipol.id, Rabu (24/4).
Dia menjelaskan, sehingga ketika akses untuk orang keluar gedung hanya satu pintu, menyulitkan warga setempat maupun petugas Damkar melakukan penyelamatan lebih dini.
“Dan itu bangunan ruko figura kalau tidak salah berlantai 4 dan menurut informasi para korban semuanya terjebak di lantai 2, tidak dapat menyelamatkan diri,” tukas Fajar.
Semoga adanya kejadian kebakaran yang merenggut 7 korban jiwa ini untuk terakhir kali saja. “Harapannya sih terakhir kali ini kejadian ya Pak, karena korbannya 7 meninggal dunia dan ada yang luka-luka juga,” tandasnya.
Dia seperti halnya warga Mampang Prapatan meminta kepada pemerintah dalam hal ini Pemprov DKI Jakarta agar dapat menyosialisasikan dan memberikan petunjuk kepada masyarakat bagaimana cara membangun bangunan yang aman.
“Sebagai pencegahan dini, jadi ada pintu darurat atau jendela darurat atau tangga darurat, jangan sampai terulang lagi,” harapnya.
“Jadi Pemprov DKI dapat memberi petunjuk, bangunan ruko harus ada pintu darurat, jendela atau ada lubang. Karena toko bingkai itu bangunannya termasuk tinggi, ada basement, korban terjebak di atas tidak bisa keluar dari lantai 2,” tambahnya.
Menurutnya, kejadian kebakaran di wilayah Mampang Prapatan bukan kali pertama terjadi, beberapa puluh tahun lalu pernah kejadian di Mampang ini.
“Sekitar 20 tahun lalu kejadian kebakaran sering, makanya didirikan kantor pemadam disini”.
Senada dengan Fajar, Riki Rinaldi, 39, warga Mampang Prapatan juga berharap sama kepada pemerintah daerah agar dapat menyosialisasikan pemilik bangunan agar membuat pintu darurat atau tangga darurat.
“Dengan adanya kejadian kebakaran di toko bingkai itu cukup terakhir kali saja. Pemerintah harusnya memberi petunjuk bagaimana para pemilik bangunan lebih dua lantai yang tidak punya pintu darurat agar lekas membuatnya,” pinta Riki.
Sebab, ruko tersebut tidak ada ruang bagi para korban untuk menyelamatkan diri, pintu darurat pun tidak ada di bagian belakang.
“Kenapa tidak ada pintu darurat, kaca-kaca sampai pecah. Mau nolong warga sini tidak bisa. Atau apa petugas Damkarnya telat (datang menyelamatkan para korban-red),” tutup Riki. (Joesvicar Iqbal)