Pada pertemuan itu, delegasi Indonesia menyoroti beberapa permasalahan dan mendapatkan solusi terkait penurunan jumlah petani. Meningkatkan jumlah petani muda, permasalahan CPO, mempelajari konsep penangkapan ikan/perikanan terukur, dan konsep perhutanan sosial yang telah dilakukan pemerintah Swedia hingga saat ini.
Budhy menyebutkan bahwa kunjungan studi banding itu didasarkan pada potensi pertanian, perikanan, kehutanan, serta lingkungan yang dimiliki Negara Kerajaan Swedia.
Potensi tersebut mampu dikembangkan baik melalui kebijakan-kebijakan pemerintahan dan parlemen Swedia, sehingga pertanian khususnya peternakan menjadi pasar utama bagi negara Uni Eropa.
“Indonesia dapat memanfaatkannya dan mempelajari kebijakan tersebut guna mensuplai palm oil, kopi, komoditas perikanan dan perkebunan lainnya untuk masuk ke negara Uni Eropa lainnya,” papar Budhy.
Khusus untuk sektor kehutanan dan lingkungan hidup, pemerintah dan parlemen Swedia telah berhasil melakukan kebijakan privatisasi di sektor kehutanan. Menjamin terjaganya kondisi udara dan ekosistem lingkungan hidup yang baik serta meningkatkan penerimaan negara dari pengelolaan kehutanan baik dari pihak swasta dan masyarakat.