IPOL.ID – Adanya kenaikan harga gula pasir hingga mencapai Rp19 ribu per kilogram dalam beberapa pekan terakhir dikeluhkan para pedagang Warung Tegal (Warteg), Jumat (24/5).
Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni mengungkapkan, kenaikan harga gula pasir tersebut memberatkan karena itu termasuk bahan digunakan dalam banyak keperluan.
“Warteg biasanya menggunakan gula dalam berbagai menu. Termasuk minuman seperti teh manis, es teh, dan makanan yang memerlukan bumbu manis,” ujar Mukroni, Jumat (24/5).
Dalam satu harinya, lanjut dia, rata-rata pedagang Warteg menghabiskan 1 kilogram gula pasir untuk keperluan berdagang, tergantung pada banyaknya jumlah pelanggan dan menu.
Persoalannya ketika para pedagang harus merogoh kantong lebih dalam untuk modal belanja, mereka tidak langsung bisa menaikkan harga menu. Lantaran khawatir itu bakal ditinggal pelanggan.
“Warteg mungkin perlu menaikkan harga makanan dan minuman. Hal ini bisa mempengaruhi daya beli pelanggan, terutama jika mereka pelanggan tetap dengan pendapatan terbatas,” tukasnya.
Mukroni menambahkan, cara sementara yang dapat digunakan pedagang Warteg untuk menyiasati kenaikan harga adalah mengurangi porsi gula, meski mempengaruhi rasa.
Menurutnya, cara lainnya membuat menu alternatif tidak banyak membutuhkan gula, dan mencari bahan baku pengganti gula pasir dengan menggunakan jenis gula stevia yang penggunaannya lebih irit.
“Secara keseluruhan kenaikan harga gula dapat memaksa pedagang Warteg untuk menyesuaikan strategi operasional, dan penjualan mereka untuk tetap kompetitif dan menjaga keuntungan,” tutupnya. (Joesvicar Iqbal)