Padahal, Kurikulum Merdeka sebenarnya diakui Fitri memiliki banyak nilai positif. Bagi pendidik yang memiliki pola pikir maju, kurikulum ini memberi ruang bagi mereka untuk mengombinasikanya dengan kurikulum lain. Di SMA yang dipimpinnya, Fitri menautkan kurikulum nasional dengan kurikulum Muhammadiyah dan kurikulum internasional. Kombinasi semacam ini, justru menjadi kebutuhan bagi anak didik, kata dia.
Fitri menambahkan, yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa kemampuan guru ditingkatkan agar mampu menerapkan konsep baru ini. Tetapi inipun bukan tanpa masalah, apalagi bagi guru-guru yang memiliki kemampuan terbatas dalam hal teknologi, maupun yang tidak dapat mengakses internet dengan baik.
Pengamat pendidikan dari Universitas Paramadina, Jakarta, Totok Amin Soefijanto menganggap perubahan kebijakan termasuk kurikulum adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Banyak pihak, ia mengingatkan, akan mengeluhkan perubahan besar itu jika bentuknya adalah pergantian total.
“Yang perlu diperbaiki dari proses pergantian dan kemudian efek kebijakannya adalah bahwa kebijakan yang baru itu berangkat dari kebijakan yang lama. Sehingga, efek kejutnya itu enggak terlalu besar,” kata Totok.