Jika kebijakan baru tersebut benar-benar baru, tanpa berangkat dari kebijakan sebelumnya, tentu Totok memaklumi bahwa pendidik akan terkejut. Dia menyebut itu sebagai perubahan yang ekstrem.
Dia mengaku, sepanjang pengalamannya dalam bidang pendidikan, kebijakan antarpejabat yang berbeda biasanya tetap memiliki benang merah. Namun tetap ada unsur-unsur yang disebutnya politis, di mana seorang menteri ingin meninggalkan warisan atau legacy kebijakan. Dia kemudian seolah menghapus kebijakan lama sama sekali, dan mengejutkan semua pihak.
“Seharusnya kan bisa ada acknowledgment kepada pejabat sebelumnya, dengan menyebut bahwa ini adalah kelanjutan dari pejabat sebelumnya, kemudian ditunjukkan kelanjutannya,” tambah Totok.
Totok menyebut, perubahan kebijakan dalam sektor pendidikan, apalagi kurikulum, sebenarnya justru harus dilakukan dari waktu ke waktu. Dia memberi contoh, dalam lima tahun terakhir terjadi pandemi COVID 19 dan perubahan teknologi yang sangat drastis. Situasi itu membutuhkan berbagai penyesuaian. Jika kebijakan pendidikan ditetapkan melalui kerangka besar yang sulit diubah, justru pendidik dan peserta didik tidak akan bisa berbuat banyak.