IPOL.ID – Badan Pengurus Cabang Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPC HIPMI) Kota Depok menggelar Talkshow Financehack 2024 di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Kota Depok, Jawa Barat, pada Kamis (7/11/2024) sore.
Sedianya kegiatan bertema Strategic Financing for Scale Up Business tersebut menghadirkan Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto, dan Hendy Setiono, Group CEO Baba Rafi Enterprise.
“Kegiatan talkshow diikuti sekitar 220 peserta bertujuan untuk memberikan edukasi kepada para pebisnis pemula dan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) serta mahasiswa yang memiliki usaha,” kata Suci Mila Ramadhani, Kabid Keuangan dan Perbankan BPC HIPMI Kota Depok yang juga Ketua Panitia Acara di FEB UI, Kamis.
Mila mengatakan, talkshow ini juga merupakan bagian program kerja Bidang 2 Keuangan, Perbankan dan Perencanaan Pembangunan BPC HIPMI Kota Depok, berkolaborasi dengan Bidang Perdagangan dan Perindustrian HIPMI.
“Semoga semua UMKM, para pebisnis pemula mendapatkan ilmu setelah mengikuti talkshow Financehack 2024 ini. Dan bisa mengetahui pembiayaan strategis untuk menaikkan skala bisnisnya masing-masing,” harapnya.
Rencananya pada tahun depan pihaknya juga akan membuat sekolah pasar modal agar para pengusaha mengetahui dalam ilmu dunia pasar modal.
“Sebagai kelanjutan dari kegiatan hari ini”.
Dalam kesempatan itu, Group CEO Baba Rafi Enterprise, Hendy Setiono mengatakan, sesuai tema kegiatan Strategic Financing for Scale Up Business. Lebih kepada berbagi pengalaman cerita sukses dia dalam memulai bisnisnya mulai dari 0 hingga berkembang menjadi 1300 cabang di 10 negara.
“Proses itu tak terlepas dari Sumber Daya Manusia (SDM), skill set dan operasional serta penguasaan marketing juga sinergitas. HIPMI sendiri berhasil melakukan jejaring networking terhadap para anggotanya,” kata Hendy.
Sehingga, lanjut dia, sesama para anggota HIPMI bisa naik kelas dan menciptakan kebermanfaatan yang lebih luas kepada penciptaan lapangan kerja, terutama dalam bidang ekonomi.
Dalam memulai bisnisnya (21 tahun lalu) pun dia tidak memiliki back ground seorang pengusaha. Ibunya seorang guru dan ayah karyawan swasta dan saat itu untuk memenuhi ekonomi keluarga, dia terpaksa harus berjualan di pinggir jalan di wilayah Surabaya, Jawa Timur.
Menurutnya, kelemahan para pelaku UMKM saat ini kurang memahami finansial teknologi digital. Namanya jualan terus untuk omset dihasilkan, tetapi tidak ada fungsi kontrol disana.
“Penting disini untuk memiliki pemahaman dalam mengelola keuangan, tak hanya berjualan-berjualan dan sales saja. Tapi juga harus dapat mengontrolnya”.
Diharapkannya, ke depan untuk UMKM agar naik kelas adalah bagaimana menjaga kerapian laporan keuangan. Jika laporan keuangan dan bisnis rapi maka bisnis akan berjalan baik. Namun itu juga tak terlepas dari uji coba dan akan menemui kegagalan.
Jatah gagal pada waktu muda masih bisa dieksplor dan masih panjang tahapan itu. Awalnya perlu belajar, perlu branding, berani untuk out of the box. Mencoba sesuatu yang berbeda dengan yang lain.
Hal itu dikatakannya pejuang yang gagal sendiri adalah upaya bagian dari mata rantai untuk naik kelas ke level berikutnya.
“Seorang entrepreneur harus dapat mengukur risiko. Memiliki pola untuk sukses dan melakukan kolaborasi, sinergi untuk memajukan UMKM, yakin,” paparnya.
Seperti apa yang Pak Presiden RI Prabowo Subianto meyakini Indonesia dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen per tahun.
Hendy pun pernah mengalami jatuh bangun terutama saat pandemi Covid-19. Penjualan turun drastis saat itu. Sebagai pengusaha harus bisa terbuka terhadap kondisi-kondisi yang ada dan mampu beradaptasi.
Memang dibutuhkan skill set dan bisa membaca peluang tepat. Karena dibalik krisis selalu ada peluang, berani mengambil peluang itu tak menutup kemungkinan akan terbuka pintu sukses yang lain.
Kunci sukses dirinya hingga dapat melebarkan sayap usaha ke 10 negara, diungkapnya, semua berjenjang dan berproses. Tidak ada sukses instan didapatkan. Ini juga menjadi pesan bagi para Gen Z. Anak muda yang ingin bekerja langsung dapat posisi manajer.
“Semua harus berproses dimulai dari 0. Saya juga mulai berjualan di kaki lima di pinggir jalan. Hingga bisa membuka Multi Store itu juga dimulai dari kecil-kecilan”.
“Jadi harus menjalani prosesnya. Selain itu, dimulai dari yang kecil tapi punya mimpi besar. Jika kita mampu bermimpi besar jadi semesta mendukung,” tambahnya memotivasi.
Sementara, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto menjelaskan, untuk UKM/UMKM, Kemendag RI memiliki program bisa ekspor. Berani inovasi dan siap ekspor. Ditujukan kepada para UKM untuk bisa ekspor ke mancanegara.
Ada adaptasi produk, ada pembinaan diberikan kepada para pelaku UKM. Jadi para UKM disiapkan untuk menghasilkan produk bermutu, berdaya saing dengan pelatihan diberikan, terkait persiapan produknya dan proses untuk mengurus dokumen ekspornya.
“Kami juga menyiapkan promosi pameran-pameran, baik dalam negeri maupun luar negeri,” kata Septian.
Diharapkan produk berkualitas dan adanya pengetahuan ekspor impor yang disiapkan. Tentunya produk juga harus mengantongi sertifikat sebagai syarat untuk keamanan pangan itu sendiri. Sertifikasi diberikan untuk penguatan daya saing produk.
Menjaga produk dihasilkan terjamin dari sisi kebersihan, higienis dan layak dikonsumsi di mancanegara.
“Tapi produk ekspor ini tidak semuanya dapat difasilitasi karena berjenjang”.
“UMKM yang baru merintis memulai dari Pemda, naik kelas ke level Pemprov didorong lagi untuk dapat ekspor. Nah, Kementerian Perdagangan tanggung jawab disitu. Tak hanya makanan saja, ada seni, kreasi didorong juga, termasuk Home Dekor”.
Untuk program 100 hari kerja Tahun 2025, khusus Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional pun ditargetkan akan ada 100 UKM bisa ekspor.
“Tergantung produk yang mereka hasilkan, kita lihat juga dari Market Intelijen, oh ini Home Dekor untuk ekspor ke Belanda, Eropa,” ujarnya.
Namun demikian, diharapkannya, ke depan para pelaku UKM dapat menghasilkan produk-produk yang berkualitas yang dapat diterima di mancanegara.
“Para pelaku juga harus dapat meningkatkan kapasitasnya,” tukasnya.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut RR Maya Rosalina, salah satu pimpinan Bank Mandiri, Isham Satrio, Bendum HIPMI Kota Depok dan para anggota HIPMI serta para dosen dan mahasiswa/i FEB UI. (Joesvicar Iqbal/msb)