“Kekecewaan publik berasal dari berbagai faktor, termasuk ketidakpuasan ekonomi, menurunnya kualitas hidup, ketidakadilan sosial, kebijakan pemerintah yang tidak memadai, dan harapan akan masa depan yang lebih baik,” kata Fahmi.
‘Brain Drain’
Luhut Pandjaitan, kepala Dewan Ekonomi Nasional, sebuah badan penasihat pemerintah, meminta publik untuk tidak terburu-buru mengkritik pemerintahan Prabowo, mengingat pemerintahan ini masih dalam tahap awal.
“Pemerintahan ini baru berusia 100 hari. Jangan terlalu terburu-buru,” kata Luhut kepada wartawan.
Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer menanggapi fenomena ini dengan sikap mengejek, mengatakan kepada wartawan: “Kalau mau pergi, ya pergi saja. Kalau bisa, jangan kembali.”
Tanggapan ini memicu kemarahan orang Indonesia.
“Apakah orang-orang ini berpikir dulu sebelum berbicara? Jika semua orang berbakat pergi, siapa yang akan tersisa untuk menjalankan negara di masa depan? Pikiran cemerlang yang seharusnya diberdayakan justru memilih pergi ke luar negeri—dan mereka malah mengeluarkan komentar seperti ini?” tulis seorang pengguna di X, sebelumnya Twitter.