IPOL.ID – Masyarakat Papua Pegunungan rupanya memiliki rekam jejak spiritual dalam mengenal dan mempercayai keberadaan pencipta, sebelum datangnya misionaris asing pada 1950-an dan 1960-an.
Mereka sudah mengenal keberadaan, seperti halnya Tuhan yang ajaib. mereka namai sebagai Elalin. Lalu Tuhan yang mengasihi semua orang, baik dan jahat yang disebut Heksek, yang mengasihi semua orang. Sebelum perang, mereka menyebutnya Ap Heksek dan map disono.
Hal itu terungkap dari hasil kolaborasi riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF) yang bertajuk “History of Religious Beliefs in Baliem Valley, Jayawijaya, Papua Highlands”.
Kolaborasi ini melibatkan Rebecca Young dari AMINEF – Fulbright Scholar US bekerja sama dengan Yumasdaleni, Peneliti Pusat Riset Agama dan Kepercayaan (PRAK). Mereka melaksanakan proyek kolaborasi yang telah berlangsung sejak September 2024, yang berlokus masyarakat Papua Pegunungan.
Rebecca mengungkapkan bahwa penelitian ini untuk menyelidiki spiritualitas, kepercayaan, dan nilai-nilai etika masyarakat Jayawijaya, sebelum kedatangan orang luar. Ia menjelaskan sebagian besar informasi terdahulu yang ia kumpulkan tentang topik ini sering meremehkan orang Papua.