Dalam situasi seperti itu, Hamas pun menjadi variabel yang tidak bisa diprediksi, mengingat penderitaan rakyat Gaza yang luar biasa.
Jika AS dan Israel berasumsi bahwa Iran akan tetap bersikap rasional dan tidak akan memicu perang habis-habisan, maka serangan terbatas mungkin dianggap sebagai langkah strategis.
Beberapa pihak bertanya, mengapa Iran tidak langsung menggunakan seluruh kekuatannya untuk membalas dan bahkan menghancurkan Israel?
Jawabannya kemungkinan besar terkait senjata nuklir: ancaman kehancuran total menjadi penahan utama dalam konflik ini.
Dengan latar ini, kemungkinan serangan terhadap Iran oleh Israel menjadi lebih masuk akal.
Apalagi, jika ketegangan Netanyahu dengan Trump ternyata hanya sandiwara untuk menunjukkan kepada koalisi garis keras bahwa Netanyahu telah “melawan tekanan AS” tetapi tetap membiarkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza sebagai kompromi.
Namun, skenario paling ekstrem harus tetap menjadi perhatian. Sebab, kondisi Israel saat ini sangat rapuh, sementara ekstremisme Netanyahu seolah tak mengenal batas.