IPOL.ID – Rencana Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyatakan pemerintah bakal menggeber pembangunan kereta gantung (Cable Car) untuk mengatasi kemacetan parah di kawasan Jalan Raya Puncak, Bogor, Jawa Barat, belum lama ini.
Berkaca dari macet horor sepanjang 16 Kilometer (Km) di kawasan Jalan Raya Puncak pekan kemarin, Menparekraf, Sandiaga Uno merencanakan akan mempercepat pembangunan kereta gantung.
Pemerhati Masalah Transportasi Budiyanto mengatakan, rencana Menparekraf Sandiaga Uno akan membangun kereta gantung (Cable Car) inovasi itu yang perlu diberikan apresiasi. Pembangunan Kereta gantung tidak terlalu banyak membebaskan lahan.
Maksimal mungkin hanya mrmberikan kompensasi atau pembesan lahan yang tidak signifikan atau seperlunya yang mungkin tanahnya terimbas pancang.
“Namun saya menilai itu baru cara penyelesaian parsial yang kemungkinan dalam jangka tidak lama bisa dilakukan. Pembangunan tol atau memaksimalkan akses Puncak 2 dibutuhkan proses, waktu lama dan biaya yang cukup besar. Pembebasan lahan perlu waktu dan biaya besar,” kata Budiyanto di Jakarta, Jumat (20/9/2024).
Kedepan, lanjut dia, harus ada rencana yang komprenhensif dari mulai penataan ulang destinasi wisata (bangunan utama dan fasilitas pendukungnya).
Kemudian perkecil dampak yang mungkin akan terjadi terhadap masalah kemacetan. Peningkatan kapasitas jalan merupakan suatu keniscayaan yang harus diwujudkan untuk mengimbangi populasi jumlah manusia dan kendaraan.
Perkembangan jumlah kendaraan tidak terkendali dengan penambahan panjang jalan. Sehingga masalah kemacetan tidak dapat dihindari terutama di kota-kota besar, termasuk akses menuju lokasi wisata seperti Puncak dan sebagainya.
Menurutnya, wisata puncak harus dilakukan kajian dan penataan ulang secara menyeluruh. Lokasi wisata dan akses yang menuju lokasi tersebut. Ganjil-genap dalam jangka panjang tidak akan efektif, karena seiring perjalanan kendaraan akan bertambah terus.
“Pemberlakuan Sistem Satu Arah (SSA) cukup efektif tapi kan harus ada yang dikorbankan terutama arus yang berlawanan. Buka tutup yang terlalu lama dapat mengakibatkan arus yang berlawanan mengalami anomali pergerakan dan dapat mengikuti selera masing-masing. Perlu ada jalan alternatif dan pengaturan terhadap arus berlawanan saat diberlakukan one way,” imbuhnya.
Lebih jauh, Budiyanto menjelaskan bahwa masyarakat juga harus diedukasi untuk disiplin berlalu lintas dan dapat memberikan kontribusi untuk menekan dampak kemacetan yang ada.
“Pemangku kepentingan yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas dan angkutan jalan pada long week end wajib mempersiapkan rekayasa secara tepat,” ujarnya.
Manfaatkan RTMC dan TMC secara maksimal untuk mengetahui situasi lalu lintasnl secara real time dan memberikan solusi yang tepat dan cepat. Personel yang ada harus mampu diberdayakan secara maksimal agar dapat menekan kemacetan.
“Sekali lagi penyelesaian harus komprehensif dan menyeluruh dari jangka pendek, menengah serta jangka panjang,” pungkas Budiyanto. (Joesvicar Iqbal)