IPOL.ID – Adanya Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menjadi salah satu hal yang disyukuri oleh M Hargi Saputra (30). Hargi merupakan seorang peserta JKN yang ditanggung oleh pemerintah sebagai Peserta Bantuan Iuran-Jaminan Kesehatan (PBI-JK).
Sudah hampir 3 tahun ia mengandalkan Program JKN untuk membiayai seluruh layanan kesehatan yang didapatkan hingga membuatnya bertahan hidup sampai saat ini.
“Saat pertama kali sakit, saya merasakan mual, muntah dan sesak sekali, saat itu tanpa berpikir panjang, saya langsung ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) karena sudah urgent. Hingga akhirnya diperiksa dan ternyata ada pembengkakan di ginjal, lalu dokter menyampaikan saya harus menjalani cuci darah sebanyak 3 (tiga) kali dalam seminggu karena gagal ginjal,” cerita Hargi kepada tim jamkesnews.
Menurut Hargi, rumah sakit menyarankan ia cuci darah dengan menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Hargi sudah sejak lama memiliki JKN, akan tetapi memang ia tidak pernah menggunakannya, karena ia sempat memiliki asuransi swasta dari tempat kerjanya terdahulu. Namun kini, ia menggunakan JKN untuk menjamin seluruh perawatan yang ia dapatkan.
“Dahulu saya sempat mempunyai asuransi swasta dari kantor sewaktu masih bekerja. Tetapi disarankan menggunakan JKN oleh rumah sakit, jadi saya pakai JKN saya. Terlebih saat ini saya sudah tidak bekerja lagi karena harus rutin melakukan cuci darah sebanyak 3 kali dalah seminggu. Awal-awal saya sempat mencoba menggunakan CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis), cuci darah yang menggunakan selang sendiri yang bisa dibawa-bawa dan saat itu saya masih bisa bekerja. Akan tetapi dalam prosesnya ada permasalahan, sehingga saya harus kembali mencuci darah di rumah sakit seperti biasanya,” ujar Hargi.
Hargi mengungkapkan karena itulah ia harus berhenti bekerja karena memang harus menghabiskan waktu 3 hari dalam seminggu untuk ke rumah sakit. Saat ini Hargi menjalani pekerjaan sebagai freelance, karena hanya itulah yang dapat dijalani di hari lain selain jadwal ia cuci darah.
“Selama hampir 3 tahun ini, mungkin sudah berbagai tindakan perawatan yang saya jalani. Saya masuk ICU dan sangat sering di rawat inap kalau sedang kambuh, bahkan saya pernah dirawat sampai dengan 1 bulan lamanya di rumah sakit. Dan semua itu selalu dibiayai oleh JKN, saya tidak dipungut biaya sama sekali oleh rumah sakit. Bagaimana lagi saya harus bersyukur atas adanya program pemerintah ini, sudah iurannya ditanggung, semua biaya perawatan sakit saya pun juga ditanggung, sangat luar biasa sekali,” ujar Hargi.
Hargi tidak terbayang apa yang bisa ia lakukan untuk mengobati sakitnya tanpa adanya JKN. Jika ia berandai-andai jika tidak ada Program JKN, ia tidak tahu nasibnya sekarang seperti apa.
“Saya kehilangan pekerjaan saya, tidak punya penghasilan, mungkin untuk hidup saja sulit apalagi harus membayar pengobatan yang mungkin sudah ratusan juta rupiah jika dihitung. Bukan saya saja yang sangat terbantu oleh JKN, saya juga mendengar cerita teman-teman seperjuangan saat cuci darah, mereka semua juga sangat terbantu oleh JKN. Dari segi pelayanan juga dilayani dengan sangat baik, dan untuk pasien hemodialisa (HD) terkadang diprioritaskan,” kata Hargi.
Selain kepada pemerintah dan BPJS Kesehatan, Hargi juga berterima kasih kepada peserta JKN lain yang rutin membayar iuran dan tidak menggunakannya. Karena menurut Hargi, dengan prinsip gotong royong itulah ia dan pasien HD lainnya khususnya dengan ekonomi yang sulit dapat bertahan hidup.
“Saya dapat menjalani perawatan ini salah satunya juga karena masyarakat yang juga berkontribusi dalam rutin membayar iuran JKN. Jadi tidaklah benar apabila iuran yang dibayarkan itu sia-sia, terima kasih. Saya berharap BPJS Kesehatan terus meningkatkan layanan dan juga mengikuti perkembangan teknologi, hingga semua itu dapat di manfaatkan untuk memudahkan masyarakat dan pasien JKN,” tutup Hargi. (ahmad)