IPOL.ID- Dalam rangka menekan peningkatan penyakit DBD (demam berdarah dengue) di tengah masyarakat.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan meluncurkan program pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia di wilayah Jakarta Barat.
Acara pelepasan nyamuk itu bakal dilaksanakan pada Jumat (27/9/2024), bertempat di RW 07 Kelurahan Kembangan Utara, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati menjelaskan, salah satu strategi terbaru dan ramah lingkungan sebagai pelengkap program utama Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus untuk mengurangi penularan DBD dengan menggunakan bakteri alami Wolbachia. Bakteri ini menghambat infeksi virus Dengue, sehingga dapat menurunkan risiko penularan penyakit tersebut di masyarakat.
“Kami akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang metode Wolbachia dan penerapannya. Selain itu, kami juga mengajak masyarakat mendukung program ini dengan berpartisipasi aktif sebagai Orang Tua Asuh (OTA) yang akan dititipkan ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia. Tentu ada pendampingan dari kami agar masyarakat memahami cara-cara perkembangbiakan jentik dan memantau keberhasilannya,” ujar Ani, Kamis (26/9/2024).
Ani menambahkan, monitoring dan evaluasi akan dilakukan setiap enam minggu untuk memantau keberhasilan program ini.
“Targetnya, pada 2025, program pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia dapat dilaksanakan di seluruh kecamatan di Jakarta Barat dan mencapai indikator keberhasilan, yaitu populasi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia lebih dari 60 persen,” katanya.
Sementara itu, Plt. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan RI Anas Ma’ruf menerangkan, Kementerian Kesehatan menerapkan inovasi teknologi Wolbachia untuk menurunkan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Teknologi Wolbachia merupakan salah satu inovasi dan bagian dari strategi pengendalian yang tertuang dalam Stranas (Strategi Nasional) Pengendalian Dengue.
“Jakarta Barat menjadi salah satu area yang diprioritaskan untuk penerapan teknologi ini, mengingat tingginya angka kejadian DBD di wilayah tersebut. Implementasi di Kota Jakarta Barat belum pernah dilakukan dan baru akan mulai dilakukan dalam waktu dekat,” ujar Anas.(Sofian)