indoposonline.id – Merasakan asinnya garam kehidupan bukan hal baru bagi Kresna Bayu. Keluar dari bangku kuliah hingga ditipu ratusan juta rupiah menjadi pengalaman hidup tersendiri bagi pebisnis muda satu ini.
Pria yang akrab disapa Bayu memulai usahanya pada tahun 2017. Disaat Pandemi Covid-19, usaha yang dijalankannya mulai berjaya dan itu merupakan hadiah juga bonus yang didapat Bayu setelah sebelumnya merasakan getir hidup.
Pria yang sempat mengenyam pendidikan di Universitas Gunadharma itu menceritakan, dari mulai merintis perjalanan bisnisnya hingga saat ini banyak menerima pesanan hingga ratusan kaos per bulan.
Bayu bertutur, dirinya mulai menekuni bisnis konveksi sejak tahun 2017, saat dirinya memutuskan keluar dari tempatnya bekerja yakni di sebuah perusahaan fesyen ternama kelas dunia.
Saat keluar, dirinya menekuni pekerjaan barunya yakni menjual kaos yang didesain sendiri. “Awalnya saya tidak pakai brand, namun melihat pangsa pasar yang tinggi, akhirnya saya memberanikan diri memberi brand,” kata Bayu pada indoposonline, Selasa (23/2/2021).
Melihat peluang besar tersebut, Bayu mengambil langkah dengan membuat brand yakni Hodwitch. Adapun produk unggulannya yaitu hoodie dan kaos. Sebelum Pandemi Covid-19 melanda, Bayu memilih untuk memasarkan produknya secara daring/online dibeberapa marketplace ternama di Indonesia.
Mendapat respon bagus dari masyarakat, Bayu pun mulai meningkatkan kualitas produk, mulai dari bahan dasar yang dibuat, pola penjahitan bahan, hingga pengemasan.
Harga yang ditawarkan juga terbilang ramah bagi kantong anak muda. Dengan uang Rp180.000, pembeli bisa mendapatkan produk hoodie ataupun baju berkualitas.
“Dengan harga tersebut pembeli bisa mendapatkan produk berkualitas dari Hodwitch,” imbuh mantan mahasiswa jurusan sistem informasi itu.
Kendati terbilang mulus menjalani bisnis konveksi, bukan berarti tidak ada hambatan yang ditemui Bayu. Dengan penjualan daring yang dipilihnya, proses produksi menjadi hambatan yang cukup serius bagi Bayu.
Menurutnya, dengan daring, semua orang bisa melihat produknya kapan saja. Sehingga sewaktu ada banyaknya permintaan terkadang stoknya tidak memadai.
“Selalu ada plus minus dari pilihan yang kita buat, namun yang lebih penting dari itu adalah bagaimana kreativitas kita menghadapi hambatan menjadi sebuah peluang,” tuturnya.
Lebih lanjut, Bayu menjelaskan, meski masalah produksi menjadi hambatan, namun hal tersebut juga yang menjaga kualitas produknya. Sebab, Hodwitch selalu menggunakan bahan super premium dalam memproduksi kaos maupun hoodie. “Saya menyadari bahwa pelanggan merupakan hal penting dalam sebuah bisnis, oleh karena itu kami tidak pernah menurunkan kualitas produk yang kami jual,” ucap pria berusia 23 tahun itu.
Tak hanya kualitas yang membuat Bayu ditantang untuk tetap kreatif. Kompetitor yang ada juga dijadikan motivasi bagi Bayu agar bisa belajar dari pesaingnya yang ada.
Berharap Tuah Penyihir
Terkait brand yang dipilihnya, menurut Bayu, tidak mengandung arti tertentu. Dirinya sengaja memberi nama brand tersebut untuk menyiasati agar tidak mudah dipalsukan.
Dirinya juga telah melaporkan brand miliknya ke Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Hal ini dilakukan agar usahanya terdaftar, sehingga bisa mendapat perlindungan dari pemerintah jika terjadi sesuatu.
Selain itu, makna Witch yang berarti penyihir menurutnya lagi, tidak mengandung makna apapun. “Ya intinya dari brand Hodwitch adalah saya yang tadinya bukan apa-apa bisa menjadi apa-apa,” tutup Bayu. (msb)