Edward memilih usaha penjualan sepatu wanita, karena Indonesia salah satu negara dengan kekuatan small medium enterprises (SME) bidang sepatu wanita. Dengan begitu, sisi kualitas, bahan, dan pengerjaan tidak perlu diragukan. Brand Indonesia juga mudah diterima di kawasan Asia, khususnya Asia Tenggara. Brand Zode dipatok menembus kawasan Asia Tenggara pada 2024. “Kami menyasar perempuan berusia 18-35 tahun. Usia itu, lebih konsumtif dibanding pria atau wanita di atas 35 tahun, dan di bawah 18 tahun,” ujarnya.
Edward membagi tiga tips agar bisa bertahan di tengah pandemi. Pertama terus berinovasi dan tanggap terhadap kebutuhan market online. Itu akan membuat pelanggan makin loyal terhadap produk. Kedua, para pengusaha harus mengetahui dan menguasai nilai keunikan produk. Kalau produk sudah menyatu dengan konsumen, otomatis menjadi identitas brand. Terakhir, penjual harus cekatan menangani keluhan para pelanggan. Hal ini akan memiliki nilai baik untuk meningkatkan loyalitas terhadap suatu produk. “Kami selalu memperhatikan purna jual produk,” beber pria mengambil jurusan Bisnis International di Universitas Binus ini. Selain itu, Edward selalu belajar dari kompetitor. Baik itu kesalahan dan kesuksesan. “Kompetitor itu bukan musuh atau saingan. Namun, guru dengan segudang pelajaran,” tutupnya. (msb)