“Saya paling produksi tiga kuintal tahu, beruntung bahan bakar pembuatan tahu dari kayu bakar. Bukan dari gas melon 3 kilogram, coba kalau pakai gas atau batu bara, tambah parah,” ujarnya.
Pria yang sudah 12 tahunan terjun di pabrik tahu itu mencoba mengatasi masalah itu. Salah satu solusinya dengan mengurangi karyawan. “Saya saja dari punya 9 karyawan, kini hanya 7 karyawan tersisa. Semua pabrik juga rasanya sama merugi,” ungkapnya.
Menurutnya, dampak dari naiknya harga kedelai berimbas langsung ke karyawan. “Bakal jadi pengangguran. Mau bagaimana lagi, parahnya parah ya sekarang ini, gak cari untung kita,” akunya.
Saat ini, pabrik tahu yang dijalankannya sudah memiliki 12 pelanggan tetap. Namun pelanggan yang membeli secara ketengan dan juga tetangga banyak juga yang membeli tahu darinya.
Dengan kondisi seperti ini, dia berharap, harga bahan baku kedelai turun seperti semula. Pabrik tahu tidak senang menaikkan harga, kalau tidak kepepet. “Kita sih berharap harga kedelai turun sampe Rp9.000 per kilogram agar kami bisa bernafas,” pintanya.