IPOL.ID – Pelaksana tugas (Plt) Wakil Wali Kota Administrasi Jakarta Selatan, Ali Murthadho menyampaikan, persoalan sampah merupakan masalah yang rumit. Pada beberapa negara, persoalan sampah berdampak pada tingginya biaya operasional.
“Ditambah di Indonesia tentunya kebiasaan warganya harus di ubah. Tidak bisa pemerintahan saja tapi butuh stakeholder. Konsep kolaborasi dari Pak Gubernur, menggandeng semua NGO untuk perubahan, karena memang kita butuh itu,” ujarnya usai meresmikan Bank Sampah di Perumahan Duta Pondok Indah, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jumat (1/4).
Kegiatan tersebut sekaligus Kerjasama Penerapan Smart City terkait pembayaran iuran warga dengan system cashless.
Dengan kerjasama yang dijalin bersama Bank BNI 46, Ali menyatakan dukungannya demi perubahan yang lebih baik.
Dia juga mengapresiasi inovasi yang dilakukan pihak RW 14 sadar dalam pengelolaan sampah. “Dimulai dari sini, mari tularkan ke RW lain,” katanya.
Ketua RW 014, Anton menjelaskan, untuk mewujudkan konsep Smart City harus mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
“Iuran warga saat itu masih tunai, kita mikir kok tidak mencerminkan ibukota yang katanya mau menjadi smart city yang membangun cashless. Kenapa iuran warga begitu sulit. Kalau setiap warga bisa scan barcode dan bayar iuran, pasti akan memudahkan kami untuk membayar kebutuhan masing-masing,” ungkapnya.
Anton menambahkan, metode Quick Response Indonesia Standart (QRIS) yang diboyong Bank BNI mempermudah warga untuk bertransaksi.
“Dengan aplikasi yang disuport oleh berbagai platform permbayaran dan uang digital, warga saya jadi mudah untuk bertransaksi. Mereka makin sadar jika sampah yang dihasilkan ternyata mempunyai nilai rupiah,” ungkapnya.
Dampak positif dari kehadiran sistem itu, kini warga merasa peduli dengan adanya sampah an organik. Terlebih penyetoran ke Bank Sampah sudah dibuatkan jadwal oleh pengurus RW.
“Untuk sampah yang disetor itu an organik. Karena yang organik terkendala bau dan tempat juga. Makanya setiap dua Minggu sekali warga bisa menyetorkan sampahnya kesini. Nah, tentunya ada nilainya juga dari jumlah sampah yang dibuang,” tukasnya.
Solusi tersebut banyak mendapatkan respon positif, bahkan warga di luar perumahan banyak yang menyetorkan sampahnya ke tempatnya.
“Setiap kali setor sampah itu jumlahnya bisa setengah ton. Warga yang datang dari berbagai lokasi, tidak hanya penghuni perumahan saja,” ujarnya.
Sementara itu, Pimpinan BNI Wilayah 10, Eko Setiawan mengatakan, pembangun di Jakarta harus bersama-sama dan tidak bisa berjalan sendiri. Konsep yang diusung Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan diakui sebagai salah satu opsi untuk memajukan kota.
“Disetiap RW harus ada yang seperti ini, karena mengelola sampah tidak bisa sendiri dan harus ada pihak lain untuk dilibatkan,” kata dia. (ibl)