IPOL.ID – Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 tetap bakal diwarnai oleh tiga poros utama. Sehingga para pemilih nantinya bakal mendapatkan gambaran kredibilitas para tokoh-tokoh utamanya.
Data-data yang dihimpun dari hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebutkan, dua poros utama partai politik telah memenuhi syarat untuk memajukan pasangan capres-cawapres 2024-2029.
Dua poros tersebut yaitu poros PDIP dengan tokoh utama, Puan Maharani. Dan poros Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dengan tokoh utama, Airlangga Hartarto.
“LSI melihat tersisa partai yang dapat membentuk satu poros lagi, yaitu poros Sisa Dunia dengan tokoh utamanya yakni Prabowo Subianto,” kata Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adrian Sopa pada ipol.id di Kantor LSI Denny JA, Jalan Pemuda, No 70, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (15/8).
Berdasarkan 10 indikator kinerja, segmen pemilih di Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga kategori. Ketiga pemilih tersebut antara lain; pertama pemilih yang puas dengan kinerja Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), kedua pemilih moderat, dan ketiga, pemilih kurang puas terhadap kinerja Jokowi.
Bagaimana Pertarungan Tiga Poros Utama di Segmen Pemilih?
Survei terbaru LSI digelar melalui metode survei dari Juni-Agustus 2022. Adrian Sopa menjelaskan, berdasarkan 10 indikator kinerja mengenai kepuasan masyarakat yang pemilihnya dibagi menjadi tiga tipologi.
Ketika coba dibandingkan, dari tiga poros yang sudah terbentuk ada poros PDIP, KIB dan Sisa Dunia (Gerindra dan PKB) hasilnya seperti apa? Pertama, ternyata pemilih yang cenderung puas lebih banyak memilih poros PDIP. “Mengapa pemilih puas, karena identifikasi poros PDIP dan Pak Jokowi kuat,” ungkap Adrian.
Sedangkan pemilih yang moderat condong ke poros KIB berada di tengah-tengah, meski tidak sekuat PDIP dan tidak sekuat Gerindra dan PKB, untuk oposisi.
Ketiga, pemilih yang cenderung kurang puas cenderung lebih memilih ke Gerindra dan PKB. Mengapa? Karena ini warisan dari Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 lalu. Dari data yang ada, sambung Adrian, bisa disimpulkan bahwa pemilih puas berusia muda, pendapatan rendah, tinggal di desa dan pemilih Pak Jokowi yang lama.
“Mereka para pemilih yang kurang puas lebih banyak pada pendidikan atasnya, tinggal di kota besar dengan pendapatan di atas Rp4 juta,” ungkap dia.
Disebutkan Adrian, dari tiga poros utama tadi, yang tersisa ada tiga partai yaitu Partai Demokrat, PKS dan NasDem yang diduga memiliki kisah masa lalu dan tokoh utamanya yang tidak kuat. Menurutnya, jika melihat ketika PKS ingin berkoalisi dengan PDIP akan ada hambatan ideologis.
“Ketika PDIP berkoalisi dengan Demokrat ada riwayat ketidakharmonisan Bu Mega dengan Pak SBY,” ulas peneliti senior itu.
Ditambahkannya, jika PDIP koalisi dengan NasDem, ada dugaan kurang seiramanya Megawati dengan Surya Paloh. Namun jika ketiga sisa partai tadi berkoalisi dengan poros KIB, ada kemungkinan.
“Karena KIB secara terbuka ingin menambah partai koalisi, secara halangan tadi relatif tidak ada,” tukasnya.
Ketika dianalisis, lanjutnya, poros KIB akan semakin solid hingga ke daerah-daerah, level kabupaten dan kota. KIB juga diisi tokoh-tokoh nasional yang telah malang melintang di dunia politik.
“Tetap kemungkinan terbesar kedepannya Pilpres akan dilakoni oleh 3 poros, yakni PDIP, KIB dan Gerindra,” tandasnya.
LSI Denny JA menyatakan, hampir mustahil PDIP bertarung pada Pilpres 2024-2029 sendirian. Tanpa menggandeng partai lain, walau sudah memenuhi syarat pencalonan minimal 20 persen.
“Puan Maharani dan Airlangga Hartarto sudah aman memiliki tiket untuk calon wakil presiden 2024-2029 bagi calon presiden yang kuat,” katanya.
Namun tidak menutup kemungkinan Puan Maharani dan Airlangga Hartarto menjadi Calon Presiden (Capres) 2024-2029 kuat. Seperti Prabowo Subianto, jika mereka mampu menaikan elektabilitas hingga masa pendaftaran di September 2023.
Dalam bulan-bulan terakhir masa pendaftaran September 2023, sangat mungkin PDIP mengajak Gerindra dan PKB atau KIB menyatukan kekuatan.
Sedangkan KIB sendiri sangat mungkin menambah kekuatan. Hanya tiga partai saja bagi KIB sangatlah riskan. Jika satu partai mengundurkan diri, itu akan membuat KIB tak lagi memenuhi syarat pencalonan capres-cawapres 20 persen.
Bagi KIB, satu partai yang mungkin diajak adalah PKS atau Demokrat. Ini disebabkan PKS dan Demokrat tak memiliki bargaining kuat untuk meminta calon presiden.
Pilpres 2024-2029 tak diikuti koalisi partai oposisi. Itu karena hanya dua partai yang kini di luar pemerintahan, Demokrat dan PKS. Gabungan dua partai itu tak cukup membentuk satu poros mencalonkan presiden dan wapres 2024-2029.
Demokrat dan PKS terpaksa ikut dalam poros lain dan mereka bukan dalam level memimpin poros itu. Persentase kursi Demokrat dan PKS di DPR 2019-2024 tidak menonjol memimpin poros koalisi partai mencalonkan capres-cawapres 2024-2029.
Sementara itu, perpaduan elektabilitas dan kursi partai bahwa capres kedepan tanpa ada kendaraan partai maka yang mencalonkan akan menjadi tidak berarti/nonsens. “Tanpa melalui kendaraan partai akan omong kosong itu juga yang akan menerpa Pak Anies,” tutup Adrian. (Joesvicar Iqbal/msb)