IPOL.ID – Logo Kongres ke VIII Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI) di Surabaya, Jawa Timur, resmi diluncurkan oleh Presiden Lajnah Tanfidjiyah Syarikat Islam, Hamdan Zoelva, Jumat (16/12).
Hal tersebut juga disaksikan oleh Ketua Umum PB SEMMI, Bintang Wahyu Saputra, Ketua Panitia SC, Fikri Firdauzi dan Ketua Panitia Nasional Kongres atau Ketua OC, Hengki Primana.
Pasca diluncurkannya logo tersebut, Hengki mengatakan, pada Februari 2023 seluruh Kader SEMMI akan berkumpul di Surabaya untuk menjalankan amanat organisasi berkongres, dan menentukan kelanjutan kepemimpinan organisasi.
“Karena Kota Surabaya menjadi tempat bersejarah bagi SEMMI dan Syarikat Islam. Kota Pejuang akan menjadi saksi kader SEMMI memilih kader terbaiknya sebagai Ketua Umum PB SEMMI periode mendatang,” tutur Hengki di Jakarta, Sabtu (17/12).
Dia mengatakan, Kongres SEMMI merupakan momentum penting bagi kader melaksanakan amanat organisasi.
“Kami mempersiapkan Kongres VIII SEMMI dimulai dengan peluncuran logo kongres sekaligus menandakan dimulainya proses keberlanjutan kepemimpinan organisasi,” kata Hengki.
Di tempat yang sama, Ketua DC Kongres, Fikri Firdauzi menjelaskan, logo Kongres SEMMI yang diluncurkan terdiri dari empat gambar yaitu Jembatan Suramadu, Rumah Peneleh, Tugu Pahlawan dan Tugu Hiu serta Buaya.
“Logo Kongres SEMMI dengan dominasi warna hijau. Selain logo organisasi ada empat gambar yang sangat ikonik bagi Kota Surabaya dan Jawa Timur,” ungkap Fikri.
Dia pun menerangkan arti filosofi dari logo kongres yang telah resmi diluncurkan. Berikut arti dan filosofi logo Kongres ke VIII Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI):
*) Warna Hijau, alami, daya hidup, martabat dan kekayaan.
*) Jembatan Suramadu, merupakan struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan untuk menyambung suara rakyat.
*) Rumah Peneleh, kembali ke peneleh laboratorium ideologi bangsa.
*) Tugu Pahlawan, mengenang sejarah perjuangan para pahlawan kemerdekaan bangsa Indonesia dalam pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya.
*) Tugu Hiu dan Buaya, Surabaya terdiri dari kata sura (berani) dan baya (bahaya), yang kemudian secara harfiah diartikan sebagai berani menghadapi bahaya yang datang.
*) Bulat Hijau, menandakan kita bersatu dan berkelompok dalam satu tujuan suara rakyat.
*) Lidah Api, menandakan semangat yang tidak pernah padam dan selalu berenergi dalam memperjuangkan suara rakyat.
“Filosofi dari logo kongres, gerakan yang tumbuh secara alami di dalam laboratorium pemikiran ideologi bangsa yang terdorong dari daya hidup struktur kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk menyambung pokok-pokok pikiran rakyat dengan semangat juang yang berani dan tak pernah padam dalam menghadapi ancaman yang hadir dalam perkembangan terhadap bangsa dan negara dengan cara bersatu di dalam wadah yang berenergi,” ujar Fikri.(Joesvicar Iqbal/MSB)