IPOL.ID – Pasca FIFA memutuskan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20, berbagai reaksi berdatangan. FIFA dinilai bersikap standar ganda dan berlindung di balik tudingan tragedi Kanjuruhan.
FIFA seakan cepat menghukum Indonesia yang menolak timnas Israel. Sementara di sisi lain dengan cepat memberikan sanksi pada Rusia pascainvasi ke Ukraina pada 28 Februari 2022. Salah satunya membatalkan keikutsertaan Rusia pada Piala Dunia di Qatar 2022.
Pernyataan tersebut salah satunya datang dari politisi dan pengamat Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Ia mengaku heran dengan FIFA yang takut menghukum Israel setelah melakukan kekejaman kepada Palestina. Sementara di sisi lain, FIFA dan UEFA dengan mudahnya menghukum Rusia yang sedang berkonflik dengan Ukraina.
“Artinya ada standar ganda dari FIFA yang harus kita kritisi sebagai anak bangsa. Kita tidak bisa menutup mata atas urusan kemanusiaan,” ujar Hasto dalam sebuah wawancara TV baru-baru ini.
Menurut Hasto, FIFA hanya berani menghukum Rusia saja karena berperang dengan Ukraina namun takut memberi sanksi kepada Israel yang menganeksasi dan membunuh warga sipil Palestina.
“FIFA berstandar ganda. Terhadap Rusia dia menghukum, terhadap Israel dia tidak punya keberanian menghukum lalu kita diam, kita membela?” tuturnya.
Hal yang sama diserukan anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR, Mustafa Kamal. Ia juga mempertanyakan sikap mendua FIFA yang jauh dari asal keadilan.
“Kami menilai ada standar FIFA. Rusia dinilai melakukan aneksasi terhadap Ukraina saja sudah ditolak dalam Piala Dunia 2022. Sementara Israel yang sudah lama membunuh dan menjajah Palestina dibiarkan bebas bertanding. Ini jelas sangat diskriminatif, sangat rasialis,” ujar Mustafa dalam rapat kerja dengan Pelaksana Tugas (Plt) Menpora Muhadjir Effendy di DPR beberapa hari lalu.
Menurut Mustafa, Indonesia sesuai Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, sudah sewajarnya menolak kehadiran tim nasional Israel dalam gelaran Piala Dunia U-20. Jangan sampai, sambung dia, pembiaran justru membuat Israel semakin jemawa.
“Sekali ini dibiarkan dia akan menjadi pembenaran untuk perilaku yang sama oleh Israel, termasuk mengancam negara kita sendiri. Ya karena itu marilah kita bersatu bersikap tegas menolak kehadiran delegasi Israel dalam U-20 ini,” kata Mustafa.
Ia lantas mengapresiasi sikap Gubernur Bali I Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang menolak kehadiran tim nasional (timnas) Israel untuk bertanding di Indonesia dalam gelaran Piala Dunia U-20. Menurutnya, itu tanda komitmennya terhadap Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
Sebagai informasi, FIFA sendirimelarang Timnas Rusia tampil di Piala Dunia dan hingga kini sanksi tersebut belum dicabut. Selain dilarang bermain di Piala Dunia 2022 di Qatar, FIFA juga hingga kini masih melarang Rusia bertanding dalam ajang sepak bola resmi lainnya. Namun, sanksi serupa tak diterima oleh Israel yang sudah terbukti selama berpuluh tahun menduduki dan menindas warga Palestina.
Kapten Rusia, Artem Dzyuba sempat menyoroti hal ini. Secara tegas Dzyuba menyatakan bahwa FIFA dan asosiasi olahraga lain yang menghukum Rusia telah menerapkan standar ganda. Terus terang Dzyuba bingung dengan yang terjadi. Dia heran mengapa kini atlet ikut menderita, dan pihak terkait yang menjatuhkan sanksi seolah lupa dengan slogan mereka soal olahraga tidak boleh terkait politik.
Sebagaiamana diketahui FIFA menyinggung Tragedi Kanjuruhan pada rilis pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. FIFA ingin menggarisbawahi bahwa terlepas dari keputusan tersebut, tetap berkomitmen untuk aktif membantu PSSI, bekerja sama erat dan dengan dukungan pemerintahan Presiden Widodo, dalam proses transformasi sepak bola Indonesia pascatragedi Kanjuruhan pada Oktober 2022. FIFA punya komitmen untuk membantu Indonesia dalam memulihkan sepak bola usai tragedi yang merenggut 135 nyawa tersebut.
Masih dalam rilis pembatalan tersebut FIFA juga menyebut status tuan rumah Indonesia dicabut karena situasi terkini. Hanya saja, FIFA tidak menyebut lebih jauh soal situasi terkini yang dimaksud. Bisa jadi ini terkait dengan kerasnya gelombang penolakan terhadap kehadiran Israel di tanah air. (timur)