IPOL.ID – Proyek Kereta Cepat Indonesia besar kemungkinan mengalami fenomena sebagaimana yang dialami Taiwan. Di negara yang belum diakui China tersebut, setelah lima tahun beroperas akhirnya malah dinasionalisasi.
“Artinya untuk bayar utang nombok terus, tidak pernah break even, tidak bisa menutup biaya operasi setiap tahun dan akhirnya dinasionalisasi,” ujar ekonom senior INDEF Faisal Basri, dalam seminar yang diselenggarakan secara hybrid di Universitas Paramadina baru-baru ini.
Menurutnya, Proyek Kereta Cepat indonesia juga kemungkinan besar bakal dinasionalisasi. Artinya seluruh bebannya ditanggung negara. “Karena investor enggak mau lagi, China akan keluar dan nantinya akan jadi 100 persen milik Indonesia. Dan Indonesia harus bayar cicilannya terus-terusan, diinjeksi terus dari APBN karena sudah dinasionalisasi,” papar Faisal.
Menurut Faisal, transportasi utama masyarakat melakukan perjalanan ke Bandung bukanlah pesawat, melaikan kereta dan travel. Terlebih Bandung bukan merupakan pusat bisnis. Sehingga tidak ada urgensi untuk mempercepat proyek kereta cepat ini.