IPOL.ID – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebutkan pemilihan presiden (Pilpres) 2024 bakal terjadi dua putaran. Sebab, survei menunjukkan hanya tersisa 10,8 persen mereka yang belum menentukan pilihannya.
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Adjie Al Faraby mengatakan, dalam survei terbaru ini ada beberapa temuan penting 90 hari menjelang Pilpres 2024. Pertama, sisi elektabilitas 3 paslon ditemukan bahwa ada perubahan dinamika elektabilitas pasangan calon (Paslon) Presiden, Prabowo Subianto-Gibran, Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
“Sehingga dari data yang ada terhimpun LSI, kemungkinan Pilpres 2024 akan terjadi 2 putaran,” kata Adjie saat merilis survei terbaru bertema ’90 Hari Menjelang Pilpres 2024: Yang Meroket Dan Yang Terjungkal’ di kantor LSI, di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (20/11).
Adjie menjelaskan, pasangan yang berpeluang besar untuk lolos dalam putaran dua adalah Prabowo-Gibran. Tinggal satu tiket yang lain tersisa.
“Kami melihat dua pasangan lain yakni Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin terbuka peluang yang sama untuk lolos putaran kedua,” ungkapnya.
Karena, lanjut Adjie, dari data LSI menunjukkan ada penurunan elektabilitas dua paslon. Pasangan Ganjar-Mahfud ada penurunan elektabilitas, sedangkan Anies-Cak Imin ada kenaikan elektabilitas.
Kedua, kuatnya kritik publik mengenai hasil putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal isu dinasti, dan isu demokrasi ternyata tidak punya efek kuat menurunkan elektoral negatif kepada pasangan Prabowo-Gibran.
Kemudian ketiga, rating approval publik terhadap Pak Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) yang tidak mengalami penurunan, justru mengalami kenaikan.
Dan kenapa dua putaran Pilpres 2024? Adjie menanbahkan, karena survei menunjukkan hanya tersisa 10,8 persen mereka yang belum menentukan pilihannya.
“Kalau dibagi secara proporsional, karena tidak mungkin satu kandidat bisa mengambil semua suara yang masih belum menentukan pilihannya, maka belum ada satu pun paslon presiden yang bisa meraih suara diatas 51 persen,” imbuhnya.
“Karena syarat satu putaran dalam Pilpres diatas 51 persen, jadi hal itu yang bakal membuat Pilpres 2024 akan terjadi dua putaran,” tambah dia.
Lebih jauh, dia utarakan, melihat sebaran segmen pemilih, pada segmen pemilih perempuan tidak banyak berpengaruh. Karena menyesuaikan elektabilitas paslon tersebut. Tapi pada segmen pemilih milenial ada sentimen positif untuk paslon Prabowo-Gibran.
“Kalau dilihat alasannya, satu soal representasi Gibran sebagai figur muda mengangkat elektabilitas Prabowo. Dan kedua, gaya Prabowo yang saat ini justru tampil berbeda dibanding Tahun 2019 lalu,” tukas Adjie.
Lantaran bekerjanya efek Gibran (Gibran’s effect). Semakin diserang justru semakin populer. Karena diserang masif, Gibran dibicarakan mulai dari warung kopi hingga kampus, mulai dari Talk Show TV hingga Arisan Ibu-Ibu.
“Serangan dan hujatan itu justru membantu Gibran semakin dikenal. Gibran hanya dikenal 69.4% di bulan Oktober 2023. Tapi di bulan November 2023, dia menjadi 87.1%. Naik sekitar 18 persen hanya dalam waktu sebulan!,” tandasnya.
Menurutnya, serangan itu menjadi semacam marketing gratis yang dikerjakan oleh pihak lain, bahkan oleh kubu yang berseberangan dengannya.
Dari sisi angka kesukaan, tidak banyak berubah angka kesukaan terhadap Gibran. Ada penurunan sebesar 0.8%, dari Oktober sebesar 77.8%, menjadi 77.0% di bulan November 2023.
Tingkat kesukaan pada Gibran memang menurun di segmen pemilih terpelajar. Tapi di segmen pemilih kaum muda, dan pemilih yang puas dengan Jokowi tingkat kesukaan pada Gibran justru menaik. Secara total, menurun di sini dan menaik di sana, membuat tingkat kesukaannya secara agregat relatif stabil.
Gibran’s effect mulai mekar di berbagai segmen. Perlahan Gibran semakin mengambil suara di Jawa Tengah, generasi milenial dan publik yang puas terhadap Jokowi.
Di Jawa Tengah terdapat kenaikan dukungan signifikan terhadap Prabowo-Gibran. Pada Oktober 2023 pemilih Prabowo-Gibran sebesar 10.7%. Saat ini di November 2023, menjadi 24.6%. Terjadi kenaikan dukungan sebesar 13.9%.
Di generasi milenial ada kenaikan 1.6%. Pada bulan Oktober 2023 pemilih di kalangan ini sebesar 36.9%. Di bulan November 2023 menjadi 38.5%. (Joesvicar Iqbal/msb)