IPOL.ID – MRR (23) yang diduga disekap dan disiksa oleh 30 orang di satu cafe di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, sempat dituduh memiliki ilmu kebal.
Paman MRR, Yusman menuturkan, tuduhan itu dilontarkan oleh terduga para pelaku penyekapan karena MRR bertahan setelah disiksa secara keji dengan berbagai cara selama tiga bulan.
Padahal akibat berbagai bentuk penyiksaan dilakukan para pelaku, MRR mengalami luka berat fisik dan psikis sehingga harus menjalani perawatan lebih lanjut untuk pemulihan.
“Kata pelaku anak ini punya ilmu kebal. Makanya mereka sempet menyuruh (MRR) banyak makan sate,” tutur Yusman saat dikonfirmasi di Duren Sawit, Kamis (11/7/2024).
Kemudian para pelaku meminta MRR memakan sate lantaran percaya seseorang yang kebal memiliki pantangan menyantap sate, dan sajian itu berkhasiat meniadakan/menghilangkan kekuatan ilmu kebal.
Para pelaku juga sempat memanggil sosok dianggap memiliki pengetahuan terkait hal gaib untuk memastikan tuduhan mereka bahwa MRR kebal.
Kepala bagian belakang MRR bahkan dihantam tabung gas ukuran 3 kilogram, dipukul tong sampah berbahan besi, jari kakinya diinjak kursi panjang lalu diduduki 10 orang secara bersamaan.
“(Pelaku) Memanggil orang yang mengerti susuk. Namanya (korban) enggak pakai apa-apa (hal gaib) ya tenang-tenang saja anaknya. Tapi tetap disiksa di luar akal sehat,” tukasnya.
Yusman menambahkan, selama disiksa dengan berbagai cara oleh para pelaku keponakannya itu nyaris kehilangan kesadaran karena menanggung rasa sakit luar biasa.
Mendapati MRR nyaris kehilangan kesadaran para pelaku memerintahkan korban untuk beristirahat, dan ketika sudah pulih kembali disiksa secara tak manusiawi.
“Sempat oleng dan diperintahkan oleh orang-orang yang menyiksanya untuk istirahat bila dia sempoyongan. Pelaku itu pas melakukan penyiksaan ketawa-ketawa, senang mereka,” tukasnya.
Akibat penyiksaan keji dialami, MRR mengalami gangguan saraf dan kejiwaan sehingga harus mendapat penanganan medis lebih lanjut sampai waktu belum bisa dipastikan.
MRR diharuskan menjalani kontrol secara berkala di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit, dan mendapat penanganan medis dari dokter ahli saraf dan kejiwaan.
“Per dua minggu dengan kontrol dua dokter, dokter ahli saraf dan dokter ahli kejiwaan. Diimbangi (mengkonsumsi) obat-obatan yang katanya untuk otak,” tukas Yusman. (Joesvicar Iqbal)