Kondisi ini, menurut Poltak, membuat Jakarta sangat mengandalkan Beijing dalam bidang ekonomi yang menjadikan Indonesia tidak memiliki banyak pengaruh untuk mewarnai kawasan lainnya, khususnya di negara-negara Barat.
“Itulah sebabnya, dia sangat tergantung pada China. Dia tidak berusaha menjaga keseimbangan hubungan dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa, sehingga Indonesia sulit melobi, apalagi menekan, Rusia dan Israel untuk menghentikan eskalasi perang di Ukraina dan Timur-Tengah,” ungkap Poltak.
Padahal, tambah Poltak, Indonesia selama ini selalu mengklaim sebagai salah satu kekuatan dan pimpinan Asia-Afrika dan Gerakan Non-Blok yang berpengaruh, selain juga ASEAN.
Dalam isu Palestina, kata Poltak, diplomasi Indonesia yang mengandalkan Retno Marsudi belum mampu menekan Israel dan mewujudkan perdamaian di kawasan itu karena kegagalan Jakarta mendekati Washington.
“Yang dicapai Retno tidak seberapa, tidak dapat mempengaruhi, apalagi menekan Israel untuk mengurangi agresivitasnya di Timur Tengah,” jelas Poltak.