Atip Latipulhayat, profesor hukum internasional Universitas Padjadjaran, menjelaskan absennya Jokowi di forum PBB dalam kurun waktu 10 tahun dapat menurunkan posisi dan reputasi politik internasional Indonesia.
“Pada gilirannya dapat menurunkan kepercayaan kepada Indonesia sebagai negara besar yang secara historis selalu mendapat kepercayaan internasional dalam menyelesaikan berbagai konflik dan masalah-masalah internasionalnya,” tukas Atip kepada BenarNews.
Meski demikian, Rosyidin menilai tidak ada pengaruh dari absennya Jokowi – Indonesia tetap dihormati dan reputasinya diakui di kancah internasional.
“Dampaknya lebih ke simbolik saja bahwa presiden Indonesia kurang memiliki komitmen terhadap multilateralisme,” ujarnya.
Sedangkan Atip menilai presiden sebelumya, Susilo Bambang Yudhoyono, memiliki aksentuasi politik luar negeri yang relatif jelas sebagaimana yang kerap dia katakan yakni “million friends and zero enemy”.
“Dengan kebijakan seperti ini semua forum internasional apalagi forum PBB dianggap sebagai medan diplomasi penting,” imbuh Atip.