Abdul memberi contoh tiga satelit yang dipandang bisa mewakili perkembangan teknologi satelit buatan. Satelit pertama adalah Sputnik milik Rusia, merupakan satelit yang pertama kali berhasil diluncurkan pada 1957.
Satelit kedua adalah satelit dengan ukuran jauh lebih besar dengan panel surya dan kompleksitas tinggi. Misalnya, satelit-satelit navigasi dan telekomunikasi di orbit menengah dan orbit tinggi.
Dan satelit ketiga adalah satelit cubesat yang berukuran kecil tapi kompleks, yang saat ini banyak sekali mengangkasa. “Teknologi satelit semakin berkembang mulai dari yang sangat sederhana sampai dengan yang paling kompleks,” bebernya.
Abdul menambahkan, Jaringan Observatorium dan Planetarium Indonesia (JOPI) yang telah memiliki puluhan teleskop bermotor penggerak bisa berpartisipasi dalam pengamatan satelit buatan.
“Sehingga, fasilitas canggih yang dimiliki tidak hanya digunakan untuk mengamati benda langit alami, tetapi juga satelit buatan. Jadi, manfaat atas keberadaan teknologi ruang angkasa ini bisa terus kita nikmati,” pungkasnya. (ahmad)