IPOL.ID – Matahari telah mencapai periode maksimumnya, yang dapat berlanjut hingga tahun depan, demikian diumumkan oleh para peneliti dari tiga lembaga sains atmosfer, termasuk NASA, National Oceanic and Atmospheric Administration, dan Solar Cycle Prediction Panel dalam sebuah telekonferensi.
Setiap 11 tahun, matahari beralih antara aktivitas magnetik rendah dan tinggi. Selama puncak aktivitas ini, kutub magnet Matahari akan berputar, dan Matahari bertransisi dari keadaan tenang ke keadaan aktif dan penuh badai, menurut pernyataan NASA yang diposting pada hari Selasa.
“Selama matahari maksimum, jumlah bintik matahari, dan oleh karena itu, jumlah aktivitas matahari, meningkat,” kata Jamie Favors, direktur Program Cuaca Antariksa di Markas Besar NASA di Washington, dikutip dari Anadolu, Sabtu (19/10).
“Peningkatan aktivitas ini memberikan kesempatan yang menarik untuk mempelajari bintang terdekat kita – tetapi juga menyebabkan efek nyata di Bumi dan di seluruh tata surya kita,” tambahnya.
Aktivitas matahari sangat mempengaruhi kondisi di luar angkasa yang dikenal sebagai cuaca antariksa. Hal ini dapat mempengaruhi satelit dan astronot di luar angkasa, serta sistem komunikasi dan navigasi, seperti radio, GPS, dan jaringan listrik di Bumi.
“Pengumuman ini tidak berarti bahwa ini adalah puncak aktivitas matahari. Kita akan melihat siklus matahari ini,” kata Elsayed Talaat, direktur Operasi Cuaca Antariksa di National Oceanic and Atmospheric Administration.
Ia menambahkan, “Meskipun Matahari telah mencapai periode maksimum, bulan di mana aktivitas Matahari mencapai puncaknya tidak akan diketahui selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.” (far)