Indonesia adalah satu dari lima negara yang memiliki kementrian HAM, empat di antaranya Somalia, Brasil, Pakistan, dan Selandia Baru. Dari empat negara ini, kalau kita lihat tidak ada yang seserius Prabowo dan Natalius Pigai dalam mengelola lembaga HAM. Cita-cita Pigai ingin membangun ekosistem HAM dan menjadikan Indonesia sebagai pusat studi HAM secara internasional, perkembangan baiknya terciptanya laboratorium HAM. Pikiran ini melampaui empat negara tersebut, sangat genuine.
Kejelian Prabowo memilih Natalius Pigai perlu kita acungi jempol, karena salahsatu pelanggaran HAM yang jarang kita sadari adalah intoleransi, Pigai adalah sosok yang berdiri di tengah kaum minoritas, baik secara ras, ataupun agama. Seringkali Pigai jadi objek kekerasan HAM baik secara verbal atau non-verbal. Dari sini kita melihat bahwa secara simbolis penunjukan Natalius Pigai sebagai Menteri HAM adalah simbol keadilan dan kesetaraan atas hak-hak yang mengikat pada seluruh umat manusia. Sepeti yang dikatakan Gus Dur “perbedaan itu fitrah, dan ia harus diletakkan dalam prinsip kemanusiaan universal”.