Tebe menambahkan, berbagai upaya pencegahan dan pengendalian kematian massal telah dilakukan oleh KKP. Dia berharap masyarakat pembudidaya bisa mengambil langkah antisipatif agar tidak rugi. “Peringatan cuaca ekstrim sudah kami himbau dan tanda-tanda kualitas air tidak bagus juga sudah mulai kelihatan. Kenapa tidak dilakukan panen total atau panen awal sehingga risiko kematian massal dapat dihindari,” tegas Tebe.
Panen Awal atau Panen Total
KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya telah menurunkan tim untuk mengecek penyebab terjadinya kematian massal ikan di Waduk Jatiluhur. Tercatat total kematian ikan massal di Waduk Jatiluhur sebanyak kurang lebih 100 ton atau senilai Rp 2,2 miliar. Mayoritas jenis ikan yang mengalami kematian massal adalah ikan mas. Asumsi harga ikan mas saat ini adalah Rp22 ribu per kilogram. Lokasi kejadian kematian massal yaitu di Kampung Pasir Kole Desa Kutamanah Kecamatan Sukasari dan Kampung Citerbang Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani.
“Mayoritas masyarakat pembudidaya sudah mengetahui adanya cuaca ekstrim dan bahaya upwelling dapat menyebabkan kematian massal ikan budidaya. Namun banyak diantaranya mereka gambling dan masih menahan panen ikan hasil budidayanya supaya bisa mencapai ukuran yang lebih besar,” jelas Direktur Ikan Air Tawar, Ujang Komarudin yang terjun langsung bersama Tim Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta.