Lammy menyebut, pengakuan hanya akan diberikan pada momen yang membawa dampak nyata di lapangan, bukan sekadar simbolik.
Ia menyesalkan bahwa sejumlah negara Eropa yang baru-baru ini mengakui Palestina, seperti Spanyol, Norwegia, dan Irlandia, tidak memberikan pengaruh berarti terhadap situasi yang ada.
Dalam pernyataan lainnya, Lammy juga menekankan perlunya Hamas tidak lagi berkuasa di Gaza dalam jangka panjang.
Ia bahkan menyarankan agar kepemimpinan kelompok itu dipindahkan ke negara ketiga, seraya menyerukan proses demiliterisasi menyeluruh seperti yang terjadi di Irlandia Utara pasca-kesepakatan Good Friday.
“Tidak bisa diterima bahwa satu kelompok masyarakat hidup tanpa negara lebih lama dari usia saya sendiri,” tegas Lammy.
Ia juga menyoroti dampak destruktif perluasan permukiman Israel yang semakin mempersempit kemungkinan terwujudnya dua negara.
Dalam setahun terakhir, tercatat 59 pos permukiman baru dibangun di Tepi Barat, angka yang jauh melampaui rata-rata tahunan selama 25 tahun terakhir, yang hanya tujuh.