Oleh: Bagong Suyoto
Ketua Yayasan Pendidikan Lingkungan Hidup dan Persampahan Indonesia (YPLHPI) dan Ketua Koalisi Persampahan Indonesia (KPNas)
IPOL.ID – Saya diberi tas kain bertuliskan “I AM A GREEN PLASTIC AND THE EARTH LOVES ME”. Sebagai bentuk kampanye yang lebih ramah dan mengena. Mungkin saja, tas dari kain itu merupakan produk daur ulang dan mudah terurai secara alami.
Tanda mata itu diberikan setelah diskusi tentang green plastic atau plastik ramah lingkungan. Diskusi antara pengurus Koalisi Persampahan Nasional (KPNas), Yayasan Pendidikan Lingkungan Hidup dan Persampahan Indonesia (YPLHPI), Asosiasi Pelapak dan Pemulung Indonesia (APPI) bersama Nuan Saputri dkk (Greenhope), Anggi Septiana (Program Manajer Gerakan Plastik Akal Sehat Untuk Indonesia, PASTI) di Bantargebang, 27 Desember 2022.
Plastik konvensional sudah bertahun-tahun digunakan masyarakat di seluruh dunia ternyata sampahnya menimbulkan berbagai persoalan. Ujungnya sampah plastik menggunung di TPST/TPA resmi dan TPA liar, menumpuk di DAS, badan sungai, pesisir dan laut. Bahkan, Indonesia dinyatakan sebagai pencemar sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah RRC.