IPOL.ID – Tanggal ulang tahun Adian Napitupulu, Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan persis satu hari sebelum ulang tahun PDI Perjuangan. Saat ulang tahun, Adian pasti melakukan evaluasi perjalanan hidup yang dilaluinya, dengan introspeksi terhadap pikiran dan tindakan.
“Serta mengkaji seberapa besar manfaat hidup saya bagi sesama manusia dan setelah itu duduk terpekur memikirkan rencana-rencana ke depan agar sisa usia tidak lagi terbuang sia-sia,” tutur Adian Napitupulu dalam pesan tertulisnya, Jumat (13/1/2023).
Tidak jauh berbeda, sambung dia, PDI Perjuangan juga melakukan hal yang sama. Melakukan evaluasi, instrospeksi kemudian merancang masa depan agar menjadi lebih baik dalam ide, kerja, dan konsolidasi untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik.
“Itulah yang saya pahami dari pidato Ketua Umum PDI Perjuangan, Ibu Megawati Soekarno Putri di Kemayoran beberapa hari lalu,” ucapnya.
Pidato itu kemudian di analisa oleh para politisi, pengamat dan media massa. Ada beragam komentar, ada yang datar, ada yang memuji dan seperti biasa, selalu saja ada tetangga sebelah yang nyinyir dengan komentar tendensius bahkan cenderung manipulatif.
“Ketika Ibu Megawati bicara tentang peran PDI Perjuangan pada Jokowi, maka kader bertepuk tangan, Jokowi senyum-senyum, tapi diluar sana ada ‘redaksi media’ yang menyatakan bahwa Ibu Megawati pamer kuasa di depan Jokowi, judul yang terlalu tendensius. Apakah ada pihak yang merasa terganggu dengan gelak tawa kader dan senyum Jokowi dalam hangatnya acara ulang tahun PDI Perjuangan?”.
“Menurut saya tulisan ‘redaksi media’ itu sangat tendensius dan subjektif bahkan manipulatif karena yang dinyatakan Ibu Megawati dalam pernyataannya adalah ‘…. padahal Pak Jokowi kalau enggak ada PDI Perjuangan duh kasihan deh’. Kalimat itu lalu di manipulasi menjadi judul berita ‘Megawati Pamer Kuasa Di depan Jokowi’, padahal jelas dalam kalimat itu Megawati tidak menyebut dirinya tapi PDI Perjuangan,” tutur Adian.
Ketika Ibu Megawati menyebut peran PDI Perjuangan dalam kemenangan Jokowi maka tak bisa dibantah bahwa Ibu Megawati ingin menyampaikan bahwa yang berperan dalam kemenangan Jokowi bukan hanya satu dua tokoh. Tapi dalam kemenangan itu ada juga keringat deras dari struktur PDI Perjuangan hingga tingkat anak ranting.
“Ada keringat kader PDI Perjuangan dari yang berdasi hingga Kader PDI Perjuangan yang menjadi sopir angkutan umum, petani, nelayan dan sebagainya”.
“Pertanyaan saya selanjutnya, judul tendensius dan manipulatif di media itu sebenarnya mewakili kepentingan siapa? Apakah kepentingan dari tujuan ideal media massa yang menyajikan objektifitas tanpa kenyinyiran atau kepentingan agar laris manis atau mungkin mewakili kepentingan pemilik modal media itu yang konon ngebet mencalonkan Calon Presiden yang konon akan menjadi antitesa Jokowi atau mungkin terkait isu Resuffle, judul berkonotasi adu domba itu mungkin dianggap dapat mencegah “ancaman” Reshuffle,” tambahnya.
Apapun motif dan tujuannya, tentu menyedihkan jika media yang harusnya menjadi pilar demokrasi dalam praktiknya justru menjadi pilar ambisi, media yang idealnya menjadi corong kebenaran dalam faktanya menjadi corong kepentingan. Tragis ketika media tidak lagi menjadi alat membangun kecerdasan massa tapi murni menjadi alat propaganda berebut kuasa.
“Saya paham, setumpuk prestasi Ibu Megawati mungkin membuat banyak ego terganggu. Bagaimana tidak, dia seorang perempuan tetapi memimpin partai terbesar di negara dengan jumlah penduduk nomor 4 terbesar di dunia, perempuan yang berkali beradu ide dengan para pemimpin partai lain tapi partai yang dipimpinnya tetap unggul di sekian banyak pemilu, dia perempuan yang pernah mengalami kejamnya Orde Baru saat sebagian besar sesama tokoh lain justru bermesraan dengan Orde Baru, dia Perempuan yang berkali berhadapan dengan kekerasan bahkan senjata dan mampu melewati semuanya dengan menang gemilang,” ucap Adian.
Dari semua catatan istimewa itu, dia (Adian) hingga saat ini tetap percaya bahwa jika sekadar kata dari bibir manusia tak akan mampu menggoyahkan apalagi menghilangkan peran sejarahnya bagi Indonesia. (Joesvicar Iqbal)