IPOL.ID – Kelompok remaja yang melakukan konvoi membawa bendera dan petasan di Jakarta Timur pada Ramadan 1445 Hijriah seakan tidak takut dengan aparat penegak hukum. Warga khawatir untuk menegur aksi konvoi dilakukan para remaja itu.
Meski Kapolda Metro Jaya sudah mengeluarkan maklumat terkait larangan kegiatan pada bulan Ramadan 1445 Hijriah, tapi para pelaku (Remaja) tetap tidak takut berulah.
Dalam kasus di Jalan Raya Kalimalang saja, ratusan remaja menaiki sekitar 50 sepeda motor dengan santai melintas di depan Mapolsek Duren Sawit pada Senin (1/4) sore.
Bahkan setelah melewati Mapolsek Duren Sawit, para pelaku secara mendadak menghentikan kendaraan di tengah ruas Jalan Raya Kalimalang hanya untuk menyalakan petasan.
“Mereka datang dari arah Bekasi, pas masuk Duren Sawit mereka putar balik. Di situ sempat lewat Polsek,” kata warga sekitar, Indra di Duren Sawit, Selasa (2/4).
Saat para pelaku melakukan konvoi sebenarnya terdapat banyak pengguna jalan lain, tapi tidak ada yang berani menegur lantaran jumlah kelompok remaja lebih banyak.
Mereka khawatir bila menegur maka para pelaku kian beringas dan balik menyerang, sehingga warga terpaksa hanya diam meski ulah konvoi dilakukan mengganggu arus lalu lintas.
“Kita mau negur juga mikir-mikir. Katanya sih pas di (wilayah Kelurahan) Pondok Kelapa mereka sempat dikejar sama polisi. Tapi enggak tahu ada yang ditangkap atau enggak,” tutur Indra.
Ketakutan warga bukan tanpa sebab mengingat kasus kelompok remaja membawa bendera dan petasan di Jakarta Timur menjelang berbuka puasa dan sahur ini bukan pertama kalinya terjadi.
Pada Senin (1/4) dini hari saja ratusan remaja menyerang warga di Jalan Lapangan Tembak, Cibubur, Ciracas, lantaran tidak terima sewaktu ditegur tidak berkendara ugal-ugalan.
“Makanya serba salah. Kita bukan mau mendiamkan, tapi gimana cara bubarinnya kalau mereka jumlahnya ratusan. Mereka saja lewat kantor polisi berani, apalagi sama warga,” katanya.
Menanggapi hal itu, pada awak media, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menyatakan pentingnya peran orangtua dalam pengawasan agar anak-anak tidak melakukan hal buruk.
Komisioner Kompolnas, Poengky Indarti mengatakan, meski aparat sudah melakukan patroli sebagai upaya pencegahan tapi orangtua tetap berperan untuk mencegah kasus serupa.
“Kami berharap adanya peran aktif orangtua untuk mencegah putra-putrinya melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengganggu ketertiban umum,” tutup Poengky. (Joesvicar Iqbal)