Pengamatan satelit dengan teleskop ini baru dilakukan pada 2022-2024. Hal itu dilakukan baik pengamatan astrometri untuk menentukan atau memperbaiki orbit satelit, maupun fotometri untuk menentukan kecerlangan dan karakteristik sikap satelit.
“Satelit yang berputar (tumbling) umumnya terjadi pada satelit-satelit yang sudah berakhir masa operasinya sehingga menjadi sampah. Karakteristik sikap ini mencakup arah sumbu rotasi dan lajunya. Informasi ini dibutuhkan dalam upaya mitigasi dampak sampah antariksa,” tambah Abdul.
Adapun foto satelit buatan menggunakan teleskop, sambung dia, sangat berbeda dengan foto benda astronomi seperti bulan, planet, galaksi, dan lain-lain. Umumnya, foto benda astronomi sangat indah dengan beragam warna. Namun, foto satelit dari teleskop di Bumi biasanya hanya berupa potongan garis lurus atau titik berwarna putih di tengah-tengah kumpulan bintang.
“Akan tetapi, analisis terhadap garis-garis atau titik-titik itu bisa memberikan informasi yang sangat bermanfaat dari sudut pandang sains maupun sudut pandang praktis,” tuturnya.