IPOL.ID – Indonesia terus mendorong penguatan stabilitas keuangan ASEAN. Caranya adalah dengan mendorong pembentukan serta pemanfaatan peta jalan mata uang lokal bagi transaksi antarnegara ASEAN.
Epicentrum of Growth sendiri menjadi tema strategis yang dicanangkan Indonesia yang saat ini menjabat sebagai keketuaan ASEAN. Demikian hal tersebut mengemuka dalam dialog Forum Merdeka Barat 9 yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenko RI) di Jakarta Rabu (17/5/2023).
“Kami terus mendorong negara kawasan agar meningkatkan kerja sama pemanfaatan Local Currency Settlement (LCS) dalam upaya penguatan stabilitas keuangan ASEAN,” ujar Kepala Pusat Kebijakan Regional & Bilateral Badan Kebijakan Fiskal (BKF Kemenkeu), Nella Sri Hendriyetty.
LCS sendiri adalah penyelesaian transaksi bilateral yang dilakukan antara pelaku usaha, baik di Indonesia maupun negara lain, dan negara mitra dengan menggunakan mata uang lokal masing-masing negara.
Nella menginfokan, respon negara-negara ASEAN sangat baik terkait LCS. Malaysia dan Thailand juga sudah bekerja sama terkait LCS ini dengan Indonesia. ASEAN +3 , yakni bersama China Jepang dan Korea juga terus didorong ke arah yang sama. “Thailand bahkan berkomitmen mendorong bank-bank komersialnya untuk menambah partner penggunaan mata uang lokal, sedangkan Malaysia masih dalam tahap negosisasi,” ujar dia.
Terkait LCS sendiri, salah satu langkah konkretnya adalah penggunaan QRIS untuk transaksi keuangan. Selain itu, kanjut Nella, penggunaan mata uang lokal ASEAN juga bisa dimanfaatkan untuk transaski perdagangan. “Kami meminta AMRO (Lembaga pengawasan ekonomi regiona, ASEAN+3 Macroeconomic Research Office, -red) untuk mengkaji apa dampaknya bila LCS ini dilakukan secara massif di dalam perdagangan dan pariwisata,” ujar Nella Sri Hendriyetty.
Berlianto Situngkir, Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Kemenlu RI dalam acara yang sama mengatakan Indonesia yang saat ini didapuk sebagai Keketuaan ASEAN, tentu memiliki keleluasaan menyosialisasikan arah kebijakan kawasan. Hal itu diserukan dalam 3 pilar ASEAN sebagai bentuk sosialisasi KTT ASEAN di Labuan Bajo NTT yang digelar 9-11 Mei 2023 ini.
“Tiga pilar utama itu terkait ASEAN sebagai Epicentrum of Growth yakni recovery building, digital economy, dan sustainability untuk kawasan ASEAN,” ujar Berlianto.
Tiga pilar tersebut diwujudkan di antaranya dalam bentuk penguatan arsitektur kesehatan (one health initiative dan pendanaan darurat kesehatan), ketahanan pangan dan energi di kawasan, ekosistem kendaraan listrik, stabilitas keuangan kawasan dan digitalisasi ekonomi.
Tiga pilar tersebut sejauh ini sudah dibahas dalam pertemuan pendahuluan pra KTT ASEAN yang sudah digelar. Di antaranya pertemuan tingkat tinggi menteri ekonomi ASEAN di Magelang Jateng, serta pertemuan Menteri keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN.
“Tiga pilar tersebut juga sudah dibahas dalam pertemuan high level seminar internasional beberapa waktu lalu di tanah air,” ungkapnya.
Sebagai tambahan, sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan selain terkenal tangguh, Asia Tenggara juga merupakan kawasan dengan pertumbuhan ekonomi digital yang sangat pesat. Maraknya bisnis e-commerce turut menopang berkembangnya ekonomi digital di Asia Tenggara. Hal ini dibuktikan hingga akhir2022 lalu, ekonomi digital Asia Tenggara mampu mencapai Gross Merchandise Value (GMV) sebesar USD200 miliar.
Selain itu, Menkeu menambahkan bahwa ekonomi digital juga berkontribusi menciptakan 160 ribu pekerjaan langsung dan 30 juta pekerjaan tidak langsung, serta menyumbang 5%-10% PDB kawasan Asia Tenggara pada tahun 2022.
“Maka dari itu, Indonesia selaku pemangku Keketuaan ASEAN tahun ini berkomitmen untuk terus memperkuat inklusi keuangan ASEAN, khususnya pada sektor keuangan digital. Kita tetap optimis membangun ASEAN menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia,” terang Menkeu. (timur)