Oleh: Adi Putra Surya Wardhana
IPOL.ID – Jalur Rempah bukan sekadar jalur niaga, melainkan jalur yang menyuguhkan kekayaan alam Nusantara. Keanekaragaman fauna khas Nusantara di sepanjang rute mampu memukau hati kaum musafir. Menurut catatan Cina, salah satu jenis fauna yang menciptakan kesan mendalam adalah burung khas Nusantara.
Keindahan bentuk tubuh dan warna bulunya menjadi daya pikat. Kicauannya menenangkan hati para musafir yang melintas. Berdasarkan penelitian Ferraro et al. (2020), kicau burung memang memiliki efek positif bagi kesehatan mental. Tak heran, masyarakat Nusantara era Hindu-Buddha gemar menangkap burung, bukan untuk dimakan, melainkan untuk dijadikan peliharaan atau penghiburan. Orang Jawa mengistilahkannya sebagai klangenan.
Beberapa prasasti di Jawa era Hindu-Buddha mencatat kegemaran masyarakat untuk menangkap burung. Prasasti Gulung-Gulung, Prasasti Linggasuntan, Prasasti Muncang, dan Prasasti Anjukladang adalah beberapa sumber kuno yang menyebut tentang keberadaan profesi makalala (pembuat jerat) dan mamisandung manuk (pembuat perangkap burung). Prasasti-prasasti tersebut juga menyebutkan tentang pajak yang dikenakan kepada profesi-profesi tersebut (Setrawati, 2009: 71–74). Artinya, profesi penangkap burung diakui keberadaannya oleh raja-raja Jawa.