Dari beragam jenis burung tangkapan, rangkong atau enggang (Buceros sp.) menjadi salah satu yang paling diminati. Di Nusantara, burung rangkong tersebar di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sumba, Sulawesi, dan Papua. Jenis rangkong terbanyak berada di Sumatra (Whitten et al., 1987: 318, 485; Siccama, 1939).
Menyitir Pradita dalam Sains VS Mitologi: Pengenalan dan Klasifikasi Burung dari Sudut Pandang Masyarakat Lokal dan Ornitolog (2021: 20), burung rangkong Sumatra dapat ditemukan di Palembang, Riau, dan wilayah lain di pulau emas itu. Beberapa masyarakat adat Nusantara menginterpretasi arti burung rangkong sebagai burung keramat bernilai sakral. Sakralitas burung rangkong diungkapkan melalui ukiran, tarian, dan pakaian adat (Sahertian, 2021).
Pada era Hindu-Buddha, keistimewaan burung rangkong juga diakui oleh para raja antar-negeri, termasuk Kaisar Cina. Hal ini dibuktikan dengan adanya catatan Cina yang mendeskripsikan tentang arti burung rangkong. Catatan tersebut ditulis oleh Ma Huan, sang juru catat dan bahasa Laksamana Cheng Ho. Dalam Yingyai Shenglan (1416), Ma Huan menyebutkan burung rangkong di tengah-tengah narasi tentang Palembang yang dijuluki negeri surga kuno. Bagi musafir Cina, Sumatra memang bagaikan surga karena kekayaan flora dan fauna.