IPOL.ID – Ketidakpastian ekonomi dan lanskap risiko yang berubah dinilai menghadirkan tantangan sekaligus peluang bagi industri asuransi dan reasuransi global, termasuk di Indonesia, pada 2023. Pelaku industri asuransi dan reasuransi pun dinilai perlu berkolaborasi dalam mengelola data untuk mengantisipasi risiko dan melihat peluang baru di pasar.
Surbhi Goel, Managing Director & Head of Property & Casualty South East Asia Munich Re, menjelaskan industri asuransi dan reasuransi global masih merasakan dampak signifikan dari hardening market hingga akhir 2022. Kondisi itu ditandai dengan kenaikan harga paling signifikan dalam beberapa dekade terakhir di industri dan perubahan struktur program dan pembatasan cakupan, serta penyusutan modal sejak 2008.
Sebagai informasi, hardening market atau hard market merupakan terminologi yang umum digunakan di industri asuransi dan reasuransi ketika sulit untuk mendapatkan cover atau back-up. Sederhananya, hardening market terjadi manakala pembayaran klaim meningkat sehingga memengaruhi profitabilitas. Situasi ini akan memengaruhi tiga indikator yakni harga atau premi meningkat, terms and condition diperketat dan kapasitas menciut atau berkurang.